bandungekspres.co.id, BANDUNG – PT Kereta Api Indonesia (KAI) mulai menggunakan bahan bakar liqufied natural gas (LNG) pada kereta api (KA) Argo Parahyangan dengan rute Jakarta – Bandung kemarin (20/12). Menurut Corporate Deputy Director of Technical Engineering and Rolling Stock Assets Dwiyana Slamet, KAI bersama PT Pertamina akan melakukan evaluasi pada tiga bulan ke depan.
”15 hari depan, kami akan melakukan pengujian penggunaan bahan babar,” ucap Dwiyana kepada wartawan seusai ujicoba kereta api tersebut.
Pada masa itu, KA akan menggunakan bahan bahar 80 persen LNG dan 20 persen solar. Kemudian, 15 hari kemudian menggunakan bahan bakar solar. Hal ini untuk menguji seberapa ekonomis KA tersebut.
Berdasar percobaan, sebanyak 660 liter LNG ditambah 160 liter solar dapat menghasilkan empat kali perjalanan KA Argo Parahyangan rute Jakarta – Bandung. Sedangkan pada kereta api ekonomi, jumlah tersebut dapat menempuh 14 kali perjalanan bolak-balik Padalarang – Cicalengka.
Terkait pengisian, lanjut dia, masih belum ada tempat khusus pengisian terutama untuk kereta api Argo Parahyangan. Rencananya, paska ujicoba ini akan ada tiga tempat pengisian LNG. Di antaranya, Balongan, Jakarta dan Bandung. Atau Jakarta, Semarang dan Surabaya.
”Kita masih membahasnya. Rencananya bulan Maret akan selesai ujicoba,” ucapnya.
Sementara itu, Senior Vice President Engineering & Operation Management PT Pertamina (Persero) Direktorat Energi Baru dan Terbarukan Tanudji Darmasakti mengatakan, program ini merupakan kerjasama antara dua Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Bahkan, penggunakan LNG dan solar ini baru pertama kali diterapkan di Asia Tenggara.
”Pertamina dan KAI telah melakukan ujicoga statis pada Mei 2016 dan uji coba dinamis pada kereta api pembangkit pada Oktober 2016 di Balai Yasa Yogyakarta,” ungkapnya.
Sedangkan ujicoba yang dilakukan sekarang, ujicoba operasional pada kereta pembangkit. Hal ini, lanjut dia, merupakan salah satu keseriusan dari pemerintah dalam meningkatkan ketahanan energi dan konservasi lingkungan hidup.
Berdasarkan Undang-undang No 30 tahun 2007 tentang energi, ditargetkan pada 2025 ada pembaruan energi. Di mana 22 persen penggunaan gas dan minyak bumi turun menjadi 25 persen yang semula 46 persen. ”Jika tidak ada kendala, kita kan lanjut ke kereta lokomotif,” jelasnya.