Turitan Indaryo, Pimpinan di Balik Proyek Pembuatan Kapal Perang Filipina

Pengiriman dua kapal perang Filipina menjadi sejarah kebangkitan PT PAL. Turitan Indaryo, 54, termasuk tokoh yang memiliki peran penting dalam mewujudkan proyek tersebut.

Thoriq S. Karim, Surabaya

LALU-LALANG karyawan dan deru mesin diesel terdengar di dermaga sebelah dok Semarang, Divisi Kapal Niaga, PT PAL, Surabaya. Orang-orang terlihat serius menggarap proyek besar yang sudah berwujud di dok tersebut. Proyek itu memang cukup prestisius. Yakni, satu kapal perang pesanan Filipina.

Negeri yang kini dipimpin Presiden Rodrigo Duterte itu sebelumnya telah menerima dua kapal pesanannya. Yakni, kapal jenis strategic sealift vessel, SSV1 dan SSV2. Seluruhnya diterima secara on time delivery and on quality pada Mei 2016. Tepat waktu dan kualitasnya cocok. Sesuai order.

’’Kami bangga saat Panglima Militer Filipina Jenderal Visaya hadir di IndoDefence dan menyatakan puas dengan produk PT PAL,’’ kata Turitan Indaryo.

Nama yang disebutnya adalah Jenderal Ricardo Visaya, kepala staf Angkatan Bersenjata Filipina. Sedangkan IndoDefence adalah pameran militer dan peralatan pertahanan yang digelar Kementerian Pertahanan. Tahun ini, acara itu dihelat di Pekan Raya Jakarta pada 2–5 November.

SSV1, misalnya, didesain berbobot 10.300 ton dengan draft 6 meter. Gampangnya, draft adalah bagian kapal yang nyemplung ke air. Diukur dari batas air hingga lunas (dasar) kapal yang tenggelam. Kapal itu diberi nama BRP Tarlac dengan nomor lambung 601. Nama tersebut diambil dari provinsi tempat kelahiran mantan Presiden Filipina Benigno Aquino III. Kapasitasnya 121 awak dan 500 pasukan.

Kapal itu juga mampu mengangkut empat tank, satu armada ambulans, serta dilengkapi dua dek helikopter. ’’Semua selesai tepat waktu,’’ jelas pria yang akrab disapa Ayok tersebut.

Keberhasilan itu tidak lepas dari proses pengerjaan yang menerapkan sistem baru. Ayok mengungkapkan, dahulu metode pengerjaan kapal belum tertata. Sumber daya manusia di perusahaan tersebut bekerja bersama dengan tahap yang sama pula. Cara itu tidak membuat pengerjaan lekas tuntas. Sebaliknya, kapal tidak kunjung selesai. Kualitas juga tidak bisa bersaing. Wajar jika PT PAL mulai sepi pesanan.

Pria yang menjabat direktur pembangunan kapal di PT PAL itu pun mengubah sistem yang ada. Dia memilah-milah bagian pengerjaan pada satu kapal. Misalnya pada landing platform dock (LPD). ’’Saya memisahkannya menjadi enam zona yang mengerjakan masing-masing tahap,’’ jelasnya.

Tinggalkan Balasan