Ubah Limbah Kulit Singkong Jadi Bahan Baku Pesawat

Karya bertema fisika material yang menjadikan karbon aktif kulit singkong dan serat batang pisang sebagai material alternatif otomotif, kapal laut, dan industri pesawat terbang tersebut juga memenangi medali emas di ajang International Young Inventors Project Olympiad 2016 di Tsibili, Georgia. Penelitian Raafi bersaing dengan lebih dari 100 proyek ilmiah karya perwakilan dari 38 negara.

Pengakuan demi pengakuan dari berbagai institusi riset seperti Lapan (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) dan kalangan industri internasional pun berdatangan. Salah satunya dari Bosch, perusahaan penyuplai komponen otomotif dari Jerman.

Alhamdulillah, senang banget karyaku dilirik perusahaan besar dari Jerman itu,” ujar anak pertama di antara tiga bersaudara tersebut bangga.

Berkat temuannya itu, Raafi juga mendapat berbagai tawaran kerja sama dengan beberapa pihak. ”Tahun depan, insya Allah, aku diundang ke Jerman buat mempresentasikan risetku ini. Kalau cocok, aku langsung diminta teken tanda tangan kerja sama,” imbuhnya.Pencapaian Raafi itu tidak lepas dari ketertarikannya terhadap dunia riset sejak kecil. Keinginannya untuk berkeliling dunia dan memberikan dampak positif bagi lingkungan lewat riset semakin mantap saat dia SMP. Saat itu Raafi melihat kesuksesan kakak kelasnya melakukan riset dan mempresentasikannya di berbagai negara. ”Dari situ aku mantap ingin bisa berguna bagi masyarakat lewat riset,” ujar Raafi.

Cita-cita tersebut mulai diwujudkan begitu Raafi memasuki SMA. Sejak kelas X SMA PGRI 2 Kayen, Pati, Jawa Tengah, dia membentuk komunitas riset di sekolahnya. Raafi mengajak teman-teman dan kakak kelasnya untuk bergabung. Tapi, bukannya mendapat dukungan, Raafi justru mengalami penolakan dan pandangan skeptis dari teman-temannya.

”Banyak yang nggak paham pentingnya riset. Saat aku ajak, mereka malah menganggap mimpiku buat beraksi positif lewat riset itu ketinggian,” kenang Raafi, lalu tertawa.

Pandangan tersebut muncul karena Raafi dianggap anak desa oleh teman-temannya. Maklum, rumah Raafi memang di desa. Jaraknya sekitar 17 kilometer dari pusat Kota Pati. Namun, itu tidak menyurutkan semangat Raafi untuk mewujudkan cita-citanya. Dia terus berusaha membuktikan bahwa riset yang dilakukannya kelak bisa berguna bagi masyarakat.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan