Berkat kreativitas dan kegigihannya, Budiyanto, penjual bensin eceran di Garut, mampu menciptakan mesin SPBU digital. Kini di kota itu mulai menjamur produsen mesin dispenser SPBU tersebut. Namun, penggunaan nama Pertamini diprotes Pertamina.
ILHAM WANCOKO, Garut , DHIMAS GINANJAR, Jakarta
MALAM itu (8/9) Budiyanto baru saja menyelesaikan satu mesin stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). Dia tampak puas melihat hasil uji cobanya. ”Ini sudah siap kami kirim ke Bandung. Ada yang pesan,” tutur Budi -panggilan Budiyanto- saat ditemui Jawa Pos (Jabar Ekspres Group) di bengkel PD Workshop Barokah Energi miliknya. Bengkel pembuatan mesin SPBU digital itu terletak di Jalan Kemojang, Samarang, Garut, Jawa Barat. Tampak di showroom enam unit mesin SPBU yang juga siap digunakan.
Budi sejatinya dulu penjual bensin eceran. Dia mengaku sulit mencari pekerjaan selepas lulus kuliah dari Fakultas Ekonomi Universitas Garut pada 2004. Untuk mengisi waktu, dia lalu berjualan bensin yang dikemas dengan botol bekas. Dia kulakan bensin di SPBU satu-satunya di Garut.
”Pada 2004 itu hanya ada satu SPBU di kota ini. Itu sangat menyulitkan masyarakat yang tinggal di pedesaan,” ujar pria 32 tahun tersebut.
Dari keprihatinan itulah, terbetik gagasan untuk membuat SPBU sendiri di desanya. Pada 2006 Budi mulai mencari mesin SPBU bekas yang masih bisa dimanfaatkan untuk mewujudkan idenya tersebut. Dia akhirnya mendapatkan satu mesin bekas dari temannya di Bandung. ”Namanya juga bekas, tentu kondisinya tidak bagus,” tuturnya.
Yang juga membuat Budi masygul, mesin bekas itu juga sudah rusak. Berkali-kali diperbaiki, rusak lagi. Padahal, untuk memperbaiki, dia mesti mengundang tukang servis dari Bandung. Itu berarti biaya yang tidak sedikit.
Tak ingin terus mengeluarkan biaya, Budi lalu belajar cara memperbaiki mesin SPBU-nya yang rusak itu. Lama-lama dia hafal apa yang harus dilakukan ketika SPBU ngadat sehingga tidak perlu lagi mengundang tukang servis dari Bandung.
Setelah merasa menguasai kerusakan mesin, Budi tertantang untuk bereksperimen dengan membeli satu mesin SPBU bekas lagi yang juga rusak. ”Saya pereteli semua mesinnya. Saya ingin tahu komponennya,” kenang pria kelahiran Garut, 23 Desember 1984, itu.