Jangan Maunya Kaya Sendiri

Secara konkret, pengorbanan itu bisa diwujudkan salah satunya dengan gotong royong dan kerja keras demi bangsa dan negara. Segala kepentingan pribadi disingkirkan. ’’Dengan kerja keras itulah kita akan memenangkan persaingan dan kompetisi yang semakin hari semakin sengit,’’ tambahnya.

Di sisi lain, sejumlah pejabat negara kemarin bertindak sebagai khatib salat Idul Adha. Diantaranya adalah Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Muhammad Nasir. Dia menjadi khatib di Masjid Agung Jawa Tengah, Semarang.

Dalam khutbahnya Nasir berpesan soal pengorbanan manusia menuju kesalehan. Baginya Idul Adha menjadi momentum untuk mengenang episode perjalanan Nabi Ibrahim dan Siti Hajar. ”Allah berfirman kepada Nabi Muhammad agar kita semua sebagai umatnya dapat mengambil keteladanan dari Nabi Ibrahim AS,” katanya.

Guru besar Universitas Diponegoro itu menuturkan kehidupan keluarga Nabi Ibrahim dan Siti Hajar dilalui pengorbanan demi pengorbanan. Pengorbanan ini dijalankan Ibrahim untuk menjalankan perintah Allah. Termasuk ketika diperintah untuk menyembelih Ismail, putranya. Padahal Ibrahim menunggu kehadiran anak selama 89 tahun.

Dalam khutbahnya Nasir juga menyinggung urusan pendidikan. Bagi dia aspek pendidikan sangat penting untuk mencetak SDM berkualitas. Kemudian dengan SDM yang berkualitas, masyarakat Indonesia dapat mengelola kekayaan alam anugrah dari Allah. Indonesia nomor 1 sebagai negara penghasil panas bumi dan kelapa sawit. Nomor 2 di dunia untuk penghasil timah. Dan nomor 3 sejagat untuk kakao, karet, nikel, dan beras.

Pejabat lain yang menjadi khatib salat Idul Adha adalah Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Asrorun Niam Sholeh. Asrorun menjadi khatib di Masjid Jami Al-Hidayah Pamulang, Tangerang Selatan.

Asrorun menyampaikan dalam kisah Nabi Ibrahim ada ilmu yang bisa dipetik terkait komunikasi dengan sang anak, Ismail. Ilmu itu adalah tentang betapa pentingnya mendengarkan pendapat anak. Cara berkomunikasi dengan anak dibangun atas dasar pandangan bahwa anak itu adalah makhluk yang unik. ”Anak yang memiliki cara dan pandangan sendiri,” jelasnya.

Asrorun mengingatkan bahwa orangtua memiliki tanggung jawab pengasuhan anak yang baik. Kemudian memberikan rezeki yang halal serta hak pendidikan anak yang baik. ”Anak mencari figur anak yang demokratis,” kata dia.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan