Bike Share Bandung Berstandar Dunia

bandungekspres.co.id, REGOL – Bersepeda merupakan cara untuk mengubah pola pikir hidup di dunia menjadi lebih nyaman. Hal ini akan membuat tempat yang lebih baik untuk semua orang. ”Karena dengan menggunakan sepeda lebih nyaman dan ramah lingkungan,” kata Wali Kota Bandung Ridwan Kamil usai menerima Tim Secure Bike Share Singapura di Pendopo Kota Bandung belum lama ini.

Untuk keperluan itu, dalam waktu dekat, Kota Bandung akan memiliki sistem bike share standar dunia. ”Nanti di dalamnya menggunakan sistem kartu pintar, operator sistem dan mekalismenya yang baik sedang diproses. Mudah-mudahan akhir tahun paling cepat kalau tidak awal tahun depan sekitar 30 halte dengan sistem operator profesionalnya sudah bisa hadir di Kota Bandung,” jelas pria yang akrab disapa Emil tersebut.

Emil menjelaskan, sistem income-nya, investor mengatur sendiri, baik itu yang sumbernya dari sewa maupunm sponsor yang mereka cari sendiri. ”Kita hanya terima manfaatnya saja sebagai penyedia tempat,” tukas Emil.

Menyoal investasi 70 halte yang nilainya kemungkinan mencapai 2 juta dollar, atau kalau dirupiahkan sekitar Rp 26 miliar. Dalam pandangan Emil, itu diproyeksikan guna penyimpanan sepeda.

Maka, sahut dia, dalam 1 halte itu terdapat 10 sepeda. Untuk Pemkot Bandung 30 halte, dengan masing-masing 1 halte untuk 10 sepeda.

”Perkiraan jumlahnya 100 halte, dengan semakin banyak halte semakin bagus untuk perkembangan Kota Bandung,” sebut Emil.

Emil berharap, untuk masyarakat jika ingin jalan-jalan di kota, tidak usah menggunakan kendaraan bermotor, cukup dengan bersepada saja. Selain mengurangi kemacetan, lingkungan sekitar Kota Bandung pun akan nyaman dan bersih.

Selain itu, untuk wisatawanpun, sambung Emil, polanya berubah. Semua wisatawan yang membawa mobil tidak usah menggunakannya ketika jalan-jalan di Kota Bandung. Simpan saja di hotel atau tempat penginapan, cukup menggunakan sepeda jika ingin menikmati Kota Bandung,” ujar Emil.

Kilas balik sistem sepeda di Kota Bandung, bentuknya relawan. Mereka menyediakan sepeda dengan tarif dan jamnya yang sudah ditentukan. Namun, kendalanya dari relawan itu sendiri tidak mempunyai waktu penuh untuk menyediakan sepeda.

Sehingga ada yang buka dari siang atau dari sore hari. Hasilnya manajemen mereka jadi kurang teratur dengan waktu. Tetapi hal itu dapat kita eksperimen, sebenarnya di Kota Bandung, peminat sepeda cukup banyak,” pungkas Emil. (edy/fik)

Tinggalkan Balasan