Pementasan ”Bunga Penutup Abad” untuk Kenang 10 Tahun Meninggalnya Pram

Pelakon Happy Salma (sebagai Nyai Ontosoroh), Reza Rahadian (Minke), Chelsea Islan (Annelies), Lukman Sardi (Jean Marais), dan Sabia Arifin (May Marais) membawakan tema dua novel itu ke atas panggung Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), 25-27 Agustus ini. Pementasan itu disutradarai Wawan Sofwan.

Kendati sudah beberapa kali mengadaptasi karya Pram ke dalam bentuk teater, Wawan tidak menganggap pementasan Bunga Penutup Abad itu mudah. Justru, pementasan kali ini menawarkan tantangan yang lebih dari pementasan karya-karya Pram sebelumnya.

Sekitar dua tahun Wawan berusaha mengawinkan dua novel Pram itu. ”Susah-susah gampang,” ucap Wawan kepada Jawa Pos (Jabar Ekspres Group) sebelum pertunjukan Jumat sore (26/8).

Effort besar memang perlu diberikan Wawan untuk pementasan kali ini. Beban yang agak berat pun dirasakannya. Dia harus bisa keluar dari pertunjukan lakon Nyai Ontosoroh yang digarapnya pada 2007 serta Mereka Memanggilku Nyai Ontosoroh pada 2010 yang merupakan adaptasi dari Bumi Manusia.

”Bumi Manusia kan sudah kebaca. Kalau baca itu lagi, nanti balik lagi ke situ,” ujarnya.

Wawan pun akhirnya memutuskan menarik satu buku lagi agar bisa memberikan napas baru pada pementasannya kali ini. Novel Anak Semua Bangsa yang merupakan kelanjutan Bumi Manusia dikaji Wawan. Di situ dia menemukan serangkaian surat yang ditulis Panji Darman kepada Minke dan Nyai Ontosoroh. Isinya menceritakan kondisi Annelies yang sedang dalam perjalanan ke Nederland. ”Surat-suratnya bagus banget. Akhirnya, cerita utamanya saya ambil dari surat-surat itu,” jelas pria kelahiran Ciamis, 17 Oktober 1965, itu.

Penemuan Wawan tersebut kemudian mengantarnya kembali ke Bumi Manusia. Bedanya, kali ini Wawan tidak menjadikan Nyai Ontosoroh sebagai central of attention. Kali ini pusat perhatian ke Annelies, anak perempuan Nyai Ontosoroh. Annelies dihadirkan sebagai flashback dari setiap surat yang berisi laporan dari Panji Darman itu.

”Saat terima surat kan jadi teringat masa lalu. Nah, cerita masa lalunya itu ada di Bumi Manusia. Sementara cerita utamanya dari surat yang ada di Anak Semua Bangsa.”

Menemukan jalan cerita yang pas bukan satu-satunya tantangan yang dihadapi Wawan. Setelah punya jalan cerita, Wawan juga sempat dibingungkan dalam memilih adegan mana yang akan dimasukkan untuk memperkuat jalan cerita. Menurut dia, banyak sekali adegan yang sebenarnya akan sangat bagus untuk dihadirkan. Namun, keterbatasan set membuatnya harus berpikir ulang.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan