bandungekspres.co.id, JAKARTA – Ade Yuliana Iswan mencium bendera merah putih dengan khidmat. Kemarin (15/8), dia dikukuhkan sebagai Paskibraka 2016 oleh Presiden Joko Widodo bersama 66 rekannya dari 34 provinsi.
Jumlah mereka kini menjadi ganjil. Sebab, salah seorang Paskibraka asal Jawa Barat, Gloria Natapradja Hamel didiskualifikasi. Pihak Garnisun Tetap I menyebut, Gloria berpaspor Prancis. Temuan itu diapat sekitar sepekan lalu. Ayah Gloria merupakan Warga Negara Prancis, sedangkan ibunya asal Jawa Barat.
’’Dalam Undang-Undang nomor 12 Tahun 2006 itu jelas dikatakan, kehilangan warga negara seseorang itu apabila dia mempunyai paspor. Nah si gloria ini sudah punya paspor (Prancis),’’ ujar Kasgartap I Brigjen Yoshua Pangdip Sembiring di Istana Negara kemarin (15/8).
Karena itulah, dia tidak diizinkan untuk turun pada upacara besok (17/8). Memang, sejak Jumat lalu, saat observasi lapangan di Istana Merdeka, Gloria tidak tampak. Salah seorang staf penanggung jawab Paskibraka 2016 menyebut dia sedang sakit.
Yoshua mengatakan, selaku Ketua sub bidang upacara dan Paskibraka dia mengecek latar belakang para anggota Paskibraka tersebut. Kemudian, diapati informasi bahwa Gloria memiliki paspor Prancis. Setelah dicek, ternyata benar dia memiliki paspor tersebut. Meski belum berusia 18 tahun, dia tetap kehilangan kewarganegaraan Indonesia karena memiliki paspor Prancis.
Menpora Imam Nahrawi mengatakan hal senada. Gloria tidak lagi dilibatkan dalam upacara peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI, besok. Namun, bukan berarti Gloria tidak menjadi bagian dari tim yang dibentuk sejak sebulan lalu itu. ’’Untuk anjangsana, tugas sebagai duta belia ke negara tetangga tetap diikutkan. Sebab, mereka sudah latihan,’’ ujarnya.
Imam mengakui, pihaknya memang tidak mengecek Paskibraka sampai sejauh itu. sebab, bukan kemenpora yang merekrut para pemuda tersebut. Melainkan Dispora daerah masing-masing. ’’Kami di Kemenpora sudah menerima matang,’’ lanjutnya.
Seleksi dilakukan berjenjang dari tingkat kota kemudian ke tingkat provinsi. Setelah itu, masing-masing Provinsi mengirim empat orang terbaik, terdiri dari dua laki-laki dan dua perempuan. Kemenpora lalu memilih satu laki-laki dan satu perempuan. Dua lainnya dikembalikan ke Provinsi.