Sejarah di Balik Pameran Lukisan Koleksi Soekarno

’’Untuk karya perupa asing, saya belum bisa menemukan semuanya. Itu pekerjaan tersendiri yang memerlukan waktu lama dan biaya yang tidak sedikit,’’ ujar dia.

Mikke menyadari bahwa lukisan-lukisan itu memiliki jalan cerita sendiri terkait sejarah perjuangan bangsa ini. Bagaimana sudut pandang pelukis dan kondisi di masa itu memengaruhi karya yang dihasilkan. Mikke pun mengaku senang mendapat tugas untuk mengkajinya.

”Memang banyak kendalanya. Baik dana maupun teknis. Tapi, hasilnya menyenangkan. Mungkin sudah takdir saya mengurus lukisan koleksi Bung Karno,” katanya, lantas tertawa.

”Hal yang sulit saya lupakan waktu saya ke perpustakaan Soekarno di Istana Bogor sekitar 2011–2010. Rasanya seneng banget memegang buku yang dulu dibaca beliau,” tambah dia.

Di salah satu bagian buku tersebut, kata Mikke, terdapat lidi yang diselipkan di antara dua halamannya. Kemungkinan, itu merupakan halaman terakhir yang sempat dibaca sang proklamator kala itu. Dia merasa mendapatkan kesempatan langka memegang dan membaca koleksi pribadi presiden pertama tersebut. Setidaknya, di balik sulitnya melakukan riset, dia termasuk orang yang beruntung bisa memegang benda koleksi Soekarno.

Hal membanggakan lain yang dilakukan Mikke adalah kerja kerasnya pada 2009–2010. Yakni, saat dia mengumpulkan 12 lukisan potret pahlawan yang beredar ramai di Jogjakarta. Lukisan-lukisan realis seperti potret RA Kartini, H.O.S. Tjokroaminoto, dan Pangeran Diponegoro itu menuntunnya pada satu muara. Beberapa lukisan itu merupakan karya Basoeki Abdullah yang paling banyak dikoleksi Soekarno. Lukisan-lukisan tersebut berada di Gedung Agung Jogjakarta dan ternyata merupakan lukisan pesanan Bung Karno.

Di masa kepemimpinannya, Soekarno memesan banyak lukisan dari para maestro seni rupa tanah air. Misalnya, Affandi, Trubus Sudarsono, Basoeki Abdullah, dan Gambiranom Suhardi. Empat lukisan yang dipesan pada 1948 itu juga dipamerkan di Galnas Jakarta. ”Saya bisa katakan 12 lukisan potret pahlawan itu karya orisinal pesanan Bung Karno,” kata Mikke. (*/c10/JPG/fik)

Tinggalkan Balasan