Bersinarnya Jebolan Ligue 1 di Premier League

“Saya menulis dalam blog seandainya satu saat Mahrez akan menjadi pemain besar dan semua menertawakan saya. Mahrez adalah pemain dengan skill tinggi, namun dia belum bisa memaksimalkan talentanya,” ucap Floqe.

Dengan pengaruh yang sedemikian besar kepada diri Mahrez, maka tak salah jika ada yang bilang sepak bola Prancis mengklaim seandainya Leicester juara dengan bantuan sepak bola Prancis plus Italia. Di tangan Italiano Claudio Ranieri, talenta Mahrez bersinar bak berlian.

Sama seperti Mahrez, Eden Hazard pun adalah didikan Prancis yang sukses di Premier League. Pemain yang menggondol PFA Players’ Player of The Year 2015 itu ditempa di Lille. Hazard berada di Lille selama tujuh tahun. Mulai 2007 hingga 2012 lalu

Mirip dengan Mahrez, kreatifitas Hazard di lini tengah juga tiada duanya dan menhipnotis. Musim 2014-2015, Hazard mengantarkan Chelsea menjadi kampiun Premier League.

”Saya tak akan melupakan Lille sebagai rumah saya di mana saya belajar sepak bola. Saya melahap banyak hal tentang sepak bola di sana,” kata Hazard kepada Mirror.

Hazard mengakui tekanan di Lille serta Ligue 1 memang tak seketat di Premier League. Tapi, di Ligie 1, Hazard mengembangkan ide-ide cara bermain dan melewati lawan.

Di sisi lain, pengaruh besar pemain Prancis juga terlihat di Newcastle United. Bahkan, sampai ditataran ideologis klub. Seperti diberitakan Mirror karena pengaruh pemain muslim seperti Moussa Sissoko maka dibangunlah tempat salat di ruang ganti.

Pemain Newcastle lain yang menganut muslim adalah Papiss Cisse dan Cheick Tiote. Dengan kehadiran pemain muslim, maka Newcastle pun mengakomodasi keinginan mereka. ”Semula para pemain muslim ini menggunakan ruang yang berganti-ganti untuk salat. Kini meka punya satu ruang salat di St.James Park,” kata salah satu sumber internal Newcastle. (dra/ham/asp)

Tinggalkan Balasan