Dr Hj Netty Prasetiyani, M.Si (lahir di Jakarta, 15 Oktober 1969; umur 46 tahun) adalah seorang aktivis Perempuan Indonesia yang intens terhadap upaya pemberdayaan dan perlindungan perempuan dan anak.
Netty dibesarkan di keluarga dengan ayah seorang tentara dan ibu seorang guru. Darah aktivis itu sendiri, dia peroleh sejak ngenyam pendidikan SMA Negeri 14 Jakarta hingga perguruan tinggi.
Benang merah aktivis ini sendiri yang kemudian mempertemukan Netty dengan Ahmad Heryawan, yang kini menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat. Mereka menikah pada 13 Januari 1991.
Untuk urusan pendidikan, Netty dikenal tidak main-main dalam menempuh jenjang pendidikan yang lebih dan lebih tinggi lagi. Setelah menyelesaikan S1-nya di FMIPA Universitas Indonesia,
Netty melanjutkan ke jenjang S2 pada Program Pascasarjana Kajian Wanita di Universitas Indonesia. Belum cukup, Netty melanjutkan studinya ke jenjang S3 di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Padjadjaran.
Sejak sang Suami, Ahmad Heryawan, menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat, banyak peran yang disematkan secara ex officio kepada Netty sebagai istri gubernur: Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Barat, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Prov. Jawa Barat, Ketua Pusat
Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Prov. Jawa Barat.
Selain itu, sebagai Wakil Ketua Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Perdagangan Orang Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Netty sempat menjemput langsung sepuluh orang korban perdagangan manusia asal Jawa Barat di Batam.
Pada Januari 2013, Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta menobatkan Netty sebagai Local Hero yang memerangi praktik perdangan manusia berdasarkan voting oleh fans laman Facebook kedutaan tersebut.
Kiprah Netty memerangi kekerasan perempuan dan anak ketika Netty menjabat Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi Jawa Barat. Program tersebut merupakan salah satu tindak lanjut dari Pemerintah untuk mengatasi masalah kekerasan terhadap anak dan perempuan, khususnya di wilayah Jawa Barat.
Beberapa permasalahan yang bisa mengakibatkan terjadinya tindakan kriminal terhadap anak dan perempuan adalah faktor kemiskinan, ekonomi, rendahnya pendidikan, pergeseran nilai moral, sosial budaya, gaya hidup dan lainnya.