Perang Italia di Tanah Britania

Karena tak ingin kehilangan penggawa inti lagi, maka Ranieri mati-matian mempertahankan pemain timnas Aljazair Mahrez. Mantan pelatih Inter Milan itu berkata Mahrez sudah memastikan diri untuk bertahan.

“Urusan dengan bursa transfer sudah selesai. Saya kira semuanya senang berada disini saat ini,” kata Ranieri seperti diberitakan Sky Sports.

Versi The Telegraph Ranieri memang berusaha membuat nyaman para pemainnya dengan pendekatan yang berbeda. Yakni memberikan libur ekstra jika timnya menang di laga krusial juga membuat taruhan yang kalau dilihat angkanya jelas tak sepadan. Yakni bertaruh pizza.

Musim ini ketika Leicester kehilangan Kante dan Andrej Kamaric yang hijrah ke Hoffenheim, maka Ranieri pun mendatangkan lima pemain anyar.

Yang paling mahal adalah penyerang Ahmed Musa. Pemain berkebangsaan Nigeria itu dibeli dari CSKA Moskow seharga 16 juta pounds (Rp 276, 41 miliar). Lalu ada gelandang bertahan Nampalys Mendy yang dibeli dari Nice seharga 12 juta pounds (Rp 207,30 miliar).

Tiga pemain lainnya Raúl Uche, Luis Hernández, dan Ron-Robert Zieler harganya tidak dibeber secara gamblang oleh Leicester.

Ranieri pun sadar kalau kansnya mempertahankan gelar juara sangat berat. Masuknya Josep Pep Guardiola di Manchester City kemudian Conte di Chelsea dipandang Ranieri membuat rivalitas diantara klub-klub Premier League kian ketat.

“Conte sosok fantastik, Mou (Jose Mourinho) semua orang mengenalnya. Lalu Pep adalah sosok luar biasa dan pelatih yang baik,” komentar Ranieri soal pesaing-pesaingnya musim depan.

Di sisi lain, seperti diberitakan London Weekly nama Conte adalah sosok yang paling dijagokan melakukan Italian job berikutnya. Conte akan gantian mencuri gelar dari tangan Italiano lainnya, Ranieri.

Conte sudah mencuri perhatian ketika Italia di Euro 2016 lalu menghajar Belgia 2-0 pada matchday pertama fase grup. Atau mempermalukan Spanyol di babak 16 besar dengan skor 2-0. Kalaupun Italia kalah dalam drama adu penalti kepada Jerman di perempat final, semua masih angkat topi buat permainan Italia.

Formasi 3-5-2 yang diusung Conte pun sudah terpatri kuat pada tiap tim yang dilatihnya. Ketika membawa Juventus scudetto tiga kali, 2011-2014, solidnya lini belakang Juventus diakui lawan-lawannya.

Tinggalkan Balasan