bandungekspres.co.id, UJUNGBERUNG – Kehangatan begitu terasa di penutupan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) SMPN 8 Kota Bandung. Panitia mengemasnya dalam kegiatan makan bersama atau botram. Diikuti peserta didik baru, guru dan kepala sekolah yang berkumpul di lapangan sekolah.
Ketua panitia MPLS SMPN 8 Kota Bandung Hj Umamih menjelaskan, botram dipilih menjadi penutup kegiatan MPLS pendidikan berkarakter Bandung Masagi dengan harapan menciptakan suasana keakraban. Di samping, menguatkan karakter berbagi kepada sesama. Sebab, makanannya berasal dari masing-masing siswa baru. Dibawa untuk dikonsumsi sendiri. Lalu, dianjurkan menawarkan menu makananya kepada rekannya.
Selain itu, kata Umamih, guru-guru juga membuat menu makanan khas Sunda. Dengan begitu, hidangannya dikenalkan kepada anak-anak agar lebih mencintai kuliner Sunda. Selaras dengan salah cinta budaya Sunda, satu komponen Bandung Masagi. ’’Makan bersama begini jadinya seru,’’ kata dia kemarin (20/7).
Sekretaris panitia MPLS SMPN 8 Kota Bandung Ahustiani MDS menjelaskan, pelaksanaan MPLS sejak Senin 18 sampai 20 Juli 2016. Dengan konten dari hari pertama sampai terakhir mengikuti komponen yang ada dalam Bandung Masagi. Misal, di hari pertama menyambut orang tua murid dan siswa baru dengan gelaran bela diri pencak silat dan tarian sebagai bagian cinta budaya Sunda. Untuk komponen cinta religi, dikenalkan membiasakan doa sebelum aktivitas. Lalu, salat Ashar berjamaah. Mempraktikkan juga kegiatan gerakan pungut sampah (GPS) sebagai bagian dari aktivitas cinta lingkungan. Kerap dinyanyikan juga lagi Karatagan Bandung Masagi selama MPLS.
’’Bandung Masagi itu kan ada empat komponen. Cinta religi, cinta budaya, bela negara cinta lingkungan,’’ jelas dia.
Sementara itu, Kepala SMPN 8 Kota Bandung Agus Rusyana SPd MSi menegaskan, seluruh panitia MPLS berasal dari guru. Artinya, guru terjun langsung melaksanakan. Ada siswa, tapi hanya terlibat menampilkan ekstrakurikuler. Dipastikan pula tidak ada perpeloncoan kepada para siswa baru.
Melalui pendidikan karakter Bandung Masagi, Agus yakin ada perbaikan karakter anak. Terlebih dengan falsafah nilai yang terkandung di dalamnya silih asah, silih asih, silih asuh, dan silih wawangi jadi tujuan pendidikan. ’’Mudah-mudahan berhasil baik,’’ ungkap dia.