bandungekspres.co.id, NGAMPRAH – Bupati Bandung Barat Abubakar meminta kepada seluruh aparat ke wilayahan mulai dari RT, RW, hingga kecamatan untuk mengaktifkan kembali kegiatan siskamling dan gerakan ’2×24 jam tamu wajib lapor’. Menurut Abubakar, gerakan siskamling dan wajib lapor tersebut dibutuhkan agar para pendatang seperti pasca Idul Fitri kemarin dapat didata.
Abubakar memandang, budaya melapor ke pihak aparat setempat merupakan budaya yang tidak boleh ditinggalkan. Pasalnya, hal itu salah satu upaya agar masuk keluarnya para pendatang lebih mudah terpantau. Selain itu, diperlukan proaktif dari aparat setempat untuk mendata dan berkeliling ke rumah-rumah warga. ’’Aparat setempat juga harus pro-aktif agar mengetahui siapa saja yang datang ke wilayahnya. Kalau dibiarkan, khawatirnya akan banyak pendatang yang justru melakukan hal-hal negatif,” ujar Abubakar, kemarin.
Saat ini, kata Abubakar, masyarakat terutama di wilayah perkotaan, termasuk di KBB sudah tidak peduli dengan lingkungan sekitar, khususnya terhadap keberadaan orang baru atau tamu yang tinggal di wilayahnya. Padahal, kata Bupati, sebagai masyarakat yang baik, seorang masyarakat harus bisa bergaul atau kenal dengan masyarakat tetangga di lingkungannya.
Sikap acuh atau tidak peduli terhadap masyarakat di sekitar tersebut, menurut Abubakar, bisa sangat fatal akibatnya. Dia menyebut, beberapa kasus penangkapan bandar narkoba beberapa waktu lalu atau kasus lainnya di wilayah KBB merupakan contoh akibat kurangnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan di sekitarnya. ’’Harus saling mengenal antara tetangga satu dengan yang lainnya. Kalau sekarang justru terlihat acuh,” bebernya.
Belajar dari beberapa peristiwa, Abubakar meminta agar aparat kewilayah maupun masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan serta kepedulian mereka terhadap lingkungan. Sebab segala bentuk kejahatan akan mudah terdeteksi bila masyarakat dan aparat wilayahnya waspada dan peduli terhadap lingkungan.
Dia menjelaskan, kultur masyarakat di perkampungan dengan masyarakat perumahan terutama yang tinggal di kawasan elit tentu sangat berbeda. Dimana masyarakat perkampungan lebih mengedepankan gotong royong dan kebersamaan, sementara masyarakat perumahan lebih individual dan lebih tidak menghiraukan kondisi serta aktivitas tetangganya. ’’Tapi tetap, walaupun tinggal di perumahan saling bergaul tetap harus dilakukan,” serunya.