Di atas kertas, kemungkinan terburuk juara Piala Dunia 1998 itu melangkah ke Piala Dunia dari playoff. ’’Yang jelas, kami ingin mengakhirinya dengan indah. Okay sekarang kami tidak bisa mendapat gelar juara di Euro kemarin, tetapi saya mempunyai skuad yang luar biasa (untuk Piala Dunia),’’ lanjut Didi.
Yang paling susah justru Spanyol dan Italia. Sebab, kedua negara ini sama-sama mengawali babak kualifikasi Piala Dunia 2018 dari kondisi transisi. Kedua negara itu sama-sama ditinggalkan oleh pelatihnya. Spanyol ditinggalkan Vicente Del Bosque yang sudah mundur, lalu Italia juga sudah tidak lagi dibesut Antonio Conte.
Italia sudah menentukan pengganti Conte, dia adalah Giampiero Ventura. Apapun hasil di Bari saat melawan Prancis bisa jadi ukuran seberapa kuat transformasi Italia dari tangan Conte ke Ventura. Meski, Italia tidak langsung dihadapkan dengan La Furia Roja – julukan Spanyol – pada matchday pertama kualifikasi Piala Dunia.
Bentrok Italia dan Spanyol baru terjadi di Juventus Stadium, Turin, 7 Oktober. Sebelum duel itu, Italia terlebih dahulu bertandang ke Haifa melawan Israel (6/9). Dalam wawancaranya kepada La Gazzetta dello Sport, mantan bek timnas Italia saat mengangkat trofi juara Piala Dunia 2006, Marco Materazzi.
Menurut Materazzi, Ventura tetap punya sentuhan tangan dingin seperti Conte. ’’Saya benar-benar menyukai gaya permainan Ventura, dan dia akan banyak menolong tim ini. Bagaimana pun juga dia punya gaya yang khas, dia akan perlu banyak bekerja dengan Italia untuk lolos ke Rusia,’’ beber Materazzi.
Bagaimana kans Italia lolos ke Rusia? Kata Materazzi, amankan dulu posisi sebagai juara grup, dan tentunya kalahkan Spanyol. ’’Karena dua laga melawan Spanyol dapat menentikan segalanya. Tim ini butuh bermain seperti di Euro kemarin. Italia yang sudah tidak takut lagi dengan Spanyol. Justru, merekalah yang harus takut dengan kami,“ tegasnya. (ren/dns/vil)