Adu Cerdik Dua Pelatih Berisik di Final Liga Europa

Emery menginstruksi anak asuhnya untuk melakukan tekanan sampai sepertiga wilayah lawan. Ketika kiper lawan menguasai bola, dua winger akan mendekatinya. Empat pemain Sevilla yang turut mengepung sepertiga wilayah lawan ikut menekan ke area itu. Lalu, akan terlihat huruf H dari garis imajiner yang dibentuk enam pemain Sevilla tersebut.

Sevilla juga membangun garis pertahanan tinggi ketika lawan akan menyerang. Empat bek akan berdiri sejajar di belakang. Lalu, tiga sampai empat pemain bakal mendekati pemain lawan yang memegang bola.

Serangan balik cepat juga menjadi konsep serangan Sevilla. Emery menyukai pemain-pemain dengan kecepatan lari yang yang luar biasa. Musim ini ada Yevhen Konoplyanka atau Ever Banega.

Kekhasan lain adalah winger atau wingback yang punya kemampuan penetrasi ke wilayah penalti. Saat era Emery di Valencia (2006-2012), pemain seperti David Silva atau Jordi Alba lahir dari tangan dinginnya.

Lalu, ketika Emery pindah ke Sevilla, nama-nama seperti Alberto Moreno dan Jesus Navas adalah sebagian bukti kesuksesannya. Bahkan, di final nanti, Emery menghadapi mantan anak asuhnya yang kini berkostum Liverpool, Moreno.

Dalam wawancara dengan UEFA kemarin, Emery menyebut berjumpa Liverpool di final sebagai satu tantangan besar. Melongok sejarah panjang Liverpool, Sevilla jelas lebih inferior ketimbang kolektor lima gelar Liga Champions tersebut.

’’Ketika melawan tim besar seperti Liverpool, motivasi bermain kami akan berlipat. Kemenangan akan membawa kami menuju pentas Eropa musim mendatang,” ucap pria yang memulai karir kepelatihan di usia 33 tahun itu.

Emery tak terlalu peduli jika disebut rakus gelar. Khususnya Europa League. Sudah dua musim beruntun Jose Antonio Reyes dkk dia antarkan untuk meraih trofi tersebut. ’’Saya selalu menikmati momen bermain di Europa League, meski tensi kejuaraan ini sangat tinggi. Suporter memberikan kami semangat berlipat daripada laga biasanya,’’ ucap pelatih yang mengawali karir di Lorca Deportiva tersebut.

Sementara itu, tactician Liverpool Juergen Klopp berhasil menyuntikkan motivasi luar biasa setiap kali Jordan Henderson dkk bermain. Menggantikan Brendan Rodgers pada 8 Oktober lalu, Klopp menyulap Liverpool sebagai tim baru. Bukan lagi tim flamboyan ala Rodgers. Melainkan tim pekerja keras ala Klopp.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan