bandungekspres.co.id, NGAMPRAH – Rencana pemerintah pusat memberlakukan hukuman kebiri terhadap para pelaku kejahatan seksual dinilai kurang tepat oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Bandung Barat Maman S. Sunjaya. Menurutnya, lebih baik memberikan hukuman seumur hidup atau hukuman mati yang dinilai jauh lebih tepat. ’’Kalau dilakukan kebiri tentu akan tetap menjadi beban pemerintah. Tapi, kalau hukuman mati sekaligus memberikan efek jera,” kata Maman, di Ngamprah, kemarin.
Maraknya pemerkosaan yang saat ini ramai di berbagai tempat membuat Maman prihatin. Dia menilai, maraknya kasus ini kurang ditanamkannya pendidikan dan pembinaan yang mengarah pada jiwa patriotisme dan nasionalisme yang menjadi salah satu indikator maraknya tindak pidana tersebut. ’’Anak-anak sekarang sangat berbeda dengan zaman lalu. Kalau dulu di sekolah kerap dinyanyikan lagu-lagu kebangsaan bahkan dalam ajang lomba-lomba selalu disisipkan untuk lagu wajibnya lagu kebangsaan, jadi secara tidak langsung kita itu bangga jadi warga Indonesia. Tapi, kalau sekarang nilai-nilai tersebut tidak diperhatikan anak-anak. Sehingga banyak yang salah bergaul,” tukasnya.
Maman yang juga pernah menjabat sebagai Ikatan Keluarga Organisasi Siswa Intra Sekolah (IKOSIS) Bandung Raya ini menilai pendidikan yang mengarah pada pembangunan karakter yang berjiwa patriotisme dan nasionalisme dewasa ini mulai luntur. Padahal, urai Maman, sifat patriotisme dan nasionalisme itu penting ditanamkan kepada generasi remaja saat ini di tengah-tengah pengaruh era globalisasi. ’’Menyeberangkan orang lain di jalan itukan salah satu contoh buah dari jiwa patriotisme. Dan sekarang hal-hal seperti itu nyaris tidak ada, sekarang lebih individualistis dan pengaruh budaya luar pun luar biasa yang masuk ke kita,” sahut Maman.
Menurutnya, permasalahan yang ada di kalangan remaja kerap hanya menyangkut persoalan hukum yang dikedepankan oleh sejumlah pemangku kepentingan, sementara untuk pembinaannya masih belum jelas arahnya. ’’Jadi, persoalan selalu di hukumnya yang dikedepankan sementara masalah pembinaannya sangat minim, padahal itu yang jauh lebih penting,” ujarnya.
Maman menjelaskan, selain di sekolah, pembinaan para remaja ini juga penting dilakukan di luar jam sekolah. Hal itu, tidak lain sebagai ajang ekpresi diri dan pembinaan bagi para remaja yang sedang berkembang di luar jam sekolah. Terkait hal itu, dia pun menyayangkan dengan ditiadakannya salah satu wadah kreativitas dan pembinaan para remaja di Bangung Raya yakni, IKOSIS. Padahal, selain sebagai wadah untuk berkreativitas dan wadah pembinaan, IKOSIS juga kerap dijadikan sebagai wadah untuk menjalin rasa kekeluargaan di kalangan remaja setingkat SMA. ’’Di IKOSIS itu dulu kami belajar kepemimpinan dan paskibraka, itu juga menjadi salah satu ajang bagi anak-anak SMA se-Kota Bandung dan se-Jawa Barat, di sana juga ada forum siswa berkarya, ini pun dijadikan sebagai ajang lomba unjuk kabisa tapi formatnya bukan siapa yang jadi juara tapi kekeluargaan,” terangnya.