bandungekspres.co.id, BATUNUNGGAL – Kepala Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran (DPPK) Kota Bandung Ferdi Ligaswara mengatakan, total titik pohon tumbang yang terjadi Kamis (14/4) mencapai 25 lokasi.
”Hujan deras yang sertai ngin kencang yang menumbangkan pohon tidak kurang ada 25 lokasi,” ujar Ferdi kemarin.
Dia mengatakan, saat itu Bandung memang dihantam hujan es dan angin kencang sekitra 30 menit. Berdasarkan rekapitulasi Dinas Pencegangan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung, sedikitnya ada tujuh titik lokasi pohon tumbang dan berhasil dievakuasi.
Di antaranya di Jalan Dago atas menimpa 1 unit mobil dan baliho, Jalan Gandapura Lapangan Golf Siliwangi, Jalan Lengkong Besar, Jalan Aceh depan Dispora menimpa empat unit mobil. Kemudian, di Jalan Sunda, Dago Pakar depan Hotel Wirton, dan Jalan Belitung menimpa dua buah warung.
”Dampak peristiwa itu, beberapa kendaraan dan warung menjadi rusak. Tetapi, tidak ada korban jiwa,” kata Kepala Bidang Pemadan Kebakaran DPPK Kota Bandung Yosep Heryansyah, kemarin.
Dia mengatakan, pohon yang tumbang rata-rata berusia masih muda dan sehat. Namun, meski kerap mendapat perawatan dan diawasi tim Diskamtam Kota Bandung, tetapi secara struktur tanah tidak menunjang.
”Kami selalu disiapkan personel untuk memantau potensi pohon tumbang. Kendati demikian, yang namanya bencana tak dapat diprediksi,” kata Yosep.
Sementara itu, sejak 2014 sampai 2016, Kabupaten Bandung menjadi sorotan. Sebab, lokasi banjir tak lagi di Kampung Cieunteng, tapi sudah meluas ke Dayeuh Kolot.
Salah seorang warga asal Kampung Babakan leuwi Bandung, Desa Citeureup, Kecamatan Dayeuhkolot, Ferry Sapta, 30, mengatakan, dirinya mengalami banjir di Dayeuhkolot sejak 2004 lalu. ”Sudah sekitar 12 tahun pemerintah menganggap banjir ini biasa terjadi ketika musim penghujan tiba,” kata Ferry kemarin.
”Mungkin dianggapnya banjir itu musim salju dengan seenaknya berkata seperti itu,” tambahnya.
Ferry mengaku, heran dengan penanggulangan banjir yang begitu lama tidak pernah tuntas. Padahal, anggaran Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum saja mencapai angka triliunan. ”Miris memang mendengarnya, tapi apakah banjir di Dayeuhkolot ini rekayasa,” ungkapnya. (edy/yul)