Sabtu sore itu, sebelum babak kualifikasi, Rio juga sempat diminta penyelenggara untuk jumpa fans di panggung besar di kawasan penonton.
Penonton benar-benar membeludak di sana. Yang membuat momen itu terasa istimewa, Rio duduk bersebelahan dengan pembalap favoritnya, Kimi Raikkonen. Duduk pula di panggung Sebastian Vettel dan Jenson Button.
Dalam acara itu, MC melakukan tanya jawab dan mengajak pembalap untuk bermain-main. Juga menerima pertanyaan dari penonton yang berjubel di depan panggung.
Saat muncul pertanyaan soal hobi, beberapa pembalap menjawab menyanyi, walau saat sendirian. Itu mengundang MC untuk berceletuk bahwa F1 harus membuat boyband bernama ”Wrong Direction”. Hobi Rio? ”I love cooking,” jawabnya.
Tentu saja, ada banyak penonton yang datang dari Indonesia. Atau warga Indonesia yang menetap di Australia. Salah satunya Suhartono, asal Bekasi tapi banyak tinggal di Sydney.
Menurut Suhartono, dalam sepekan terakhir, televisi di Australia banyak menayangkan program tentang Rio. Siaran televisi itulah –plus ramainya pemberitaan lain– yang menggugah perasaannya untuk terbang ke Melbourne, menjadi saksi langsung sejarah.
Suhartono menyampaikan apresiasinya terhadap Pertamina yang mau mensponsori Manor supaya Rio bisa tampil di F1. ”Sekarang orang-orang di sini banyak yang sering tanya soal Rio. Bagaimana dia bisa masuk F1,” ungkapnya. ”Sekarang yang dibahas cuma Rio, Mas,” ucap dia, lantas tertawa.
***
Perhatian media internasional terhadap Rio memang besar. Walau sempat agak bikin deg-degan karena Rio sempat terlibat insiden dengan Romain Grosjean (Haas-Ferrari) saat sesi latihan terakhir Sabtu siang (19/3).
Pada dasarnya, Rio mendapatkan respek dari kalangan media internasional. Harus ditegaskan terus-menerus, Rio masuk F1 dengan resume layak, pemenang lomba di ajang-ajang sebelumnya. Lebih layak daripada banyak pembalap lain yang masuk F1 dalam sepuluh tahun terakhir!
”Selamat, Indonesia punya pembalap F1. Dan dia pembalap F1 yang sesungguhnya,” kata Tetsuo Tsugawa, wartawan senior Jepang yang sudah lebih dari 40 tahun meliput F1 secara full time.
Tsugawa mengaku, mengikuti karir Rio sejak di ajang junior. Punya banyak kenalan mekanik/engineer yang pernah bekerja bersama Rio. ”Mereka semua bilang, Rio itu quick driver. Hanya, mungkin kurang jam terbang sehingga masih butuh lebih konsisten. Tapi, pada dasarnya, pembalap Asia punya masalah yang sama, kurang pengalaman,” paparnya.