Seniman Wayang Kulit Langganan Para Dalang Kondang

Salah satu cara yang ditempuh Marwanto untuk menjaga kepercayaan pelanggan adalah menjaga kualitas. Untuk bahan kulit, contohnya, dia memilih kulit kerbau yang didatangkan dari Toraja atau yang di kawasan sekitar Solo biasa disebut kerbau bule.

Kerbau bule memiliki kulit yang bersih dan terang sehingga cocok untuk dijadikan wayang kulit. ”Kulitnya saya dapat dari juragan (kerupuk, Red) rambak. Yang tebal jadi rambak, yang tipis biasanya dijual lagi,” kata Marwanto.

Begitu pula cempurit atau tongkat untuk memegang wayang. Dari tanduk kerbau bule. Sebab, saat diolah, bisa berwarna kuning kecokelatan. Tampak serasi dengan wayang prodo mas yang berwarna keemasan.

Dengan apa yang telah dicapainya sejauh ini, yang masih menjadi angan-angan Marwanto adalah mendirikan sekolah bagi mereka yang tak bisa melanjutkan pendidikan. Atau yang berminat untuk belajar teknik membuat wayang.

Memang beberapa kali ada mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Solo yang belajar cara membuat wayang darinya. Namun, pembelajarannya tidak konsisten karena mereka hanya hadir dalam waktu tertentu.

Sejatinya tahun lalu dia sudah berusaha merealisasikan apa yang menjadi angan-angan itu. Tapi, tidak berjalan sesuai rencana karena para murid yang masih terlalu kecil. Juga, ruang yang tidak representatif.

”Waktu dulu, muridnya anak-anak sini, masih kelas V SD. Masih belum fokus, nggak bisa dipaksa,” kata Marwanto.

Kini Marwanto berusaha lebih serius untuk membuka sekolah itu. Di samping rumahnya, dia telah membangun sebuah pendapa. Nanti ruangan tersebut diperuntukkan mereka yang tertarik nyantrik membuat wayang. (*/c11/ttg/rie)

Tinggalkan Balasan