Laporan P2TP2A Jabar menyebutkan, dari 27 kota/kabupaten di Jabar, 15 kabupaten/kota di antaranya memiliki 10-15 persen keluarga prasejahtera. Sementara tiga kabupaten lainnya memiliki jumlah keluarga prasejahtera di atas 15 persen. Penyebab tingginya kasus kekerasan terhadap anak, menurut Netty, yaitu minimnya keharmonisan dalam keluarga serta pengalihan pengasuhan anak. Tak dimungkiri, kata dia, orangtua mengalihkan pengasuhan anak kepada orang lain. ’’Akibatnya, anak tumbuh dengan internet, televisi, dan jauh dari pengawasan orang tua. Hal inilah yang membuat anak kurang kasih sayang dan kehangatan keluarga,” ujarnya.
Untuk meminimalisasi kasus tersebut, lanjut Netty, P2TP2A melakukan berbagai upaya, di antaranya dengan menggelar roadshow ke berbagai daerah di Jawa Barat dengan menggandeng berbagai pihak terkait, seperti Dinas Pendidikan, Komisi Perlindungan Anak, dan tentunya para orangtua. Tujuannya, untuk menanamkan nilai-nilai budi pekerti terhadap anak serta memberikan pola pengasuhan yang benar.
Di tempat yang sama, Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Bandung Barat Asep Ilyas menambahkan, acara sosialisasi ini untuk meningkatkan upaya sinergitas antara setiap SKPD, hingga di tingkat daerah mulai dari camat, kepala desa, MUI dan tokoh masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungannya ketika menemukan kasus seperti ini. ’’Kita harus respon ketika mengetahui kejadian seperti itu. Karena korbannya anak-anak,” imbuhnya.
Kasus yang muncul saja di Kabupaten Bandung Barat sudah ada tiga kasus di awal tahun ini. Tentu peristiwa semacam ini membuat keprihatinan semua pihak. ’’Memang setiap tahun terus saja terjadi. Peristiwa seperti ini sangat tidak wajar dan kita harapkan kasus ini terus menurun,” pungkasnya. (drx)