Namun, banjir modal asing ini juga dinilai ibarat pedang bermata dua. Chatib Basri menyebut, mayoritas modal tersebut akan masuk ke pasar modal sehingga sifatnya jangka pendek atau biasa disebut hot money (uang panas). ”Hati-hati karena ini hot money, bisa kembali (keluar) kapan saja,” ujarnya.
Karena itu, lanjut Chatib, pemerintah harus bisa menarik dana itu lebih lama berada di Indonesia. Salah satu cara terbaik adalah mengarahkannya agar masuk ke sektor riil dalam bentuk investasi asing langsung atau foreign direct investment (FDI). ”Kalau masuk ke FDI, multiplier effect nya bagi ekonomi juga akan jauh lebih besar,” katanya.
Di tempat sama, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) di hadapan ratusan investor menyatakan, saat ini pemerintah benar-benar serius memperbaiki iklim investasi untuk menarik lebih banyak investor. ”Tidak hanya melalui insentif, tapi juga deregulasi, dan pelonggaran DNI (Daftar Negatif Investasi),” ujarnya.
Politikus yang juga pengusaha senior itu mengakui, selama ini iklim investasi di Indonesia belum baik karena banyaknya tumpang tindih aturan baik di pusat maupun daerah, yang menyulitkan investor. ”Tapi melalui berbagai paket kebijakan, kini sudah lebih baik, bahkan ada izin investasi yang bisa selesai 3 jam,” katanya.
Selain itu, kata JK, pemerintah juga sangat serius mengatasi minimnya infrastruktur yang selama ini menjadi titik lemah perekonomian Indonesia. Karena itu, puluhan proyek infrastruktur skala besar sudah dijalankan, mulai dari sektor transportasi maupun energi. ”Khusus untuk memperbaiki sistem logistik, nanti akan ada kebijakan paket ekonomi ke-11, diumumkan pekan depan,” sebutnya. (owi/sof/asp)