Mantan Kepala Kesbang Kota Cimahi yang saat ini menjabat Camat Cimahi Selatan Supendi Heryadi mengaku, mendapat informasi keberadaan info tentang Gafatar dari Camat Cimahi Selatan. Dirinya saat itu belum menjadi camat.
”Jadi tidak tahu persis bagaimana aktivitas Gafatar di kelurahan. Saat menjabat camat, baru dapat laporan kelurahan,” terang Supendi, di ruang kerjanya, kemarin (26/1).
Setelah ada pergantian kepala kesbang yang dijabatnya, ada informasi Gafatar pernah melaporkan keberadaannya kepada kantor kesbang. Sempat dicatat sebagai salah satu ormas di Kota Cimahi. Meski beberapa bulan saja.
”Setelah mendengar info itu saya memberi saran agar sebelum mencatat keberadaan ormas atau LSM, selalu berhati-hati dan melakukan penelitian di lapangan. Bahkan, jika memang mencurigakan harus dicekal,” ungkapnya.
Sedangkan Kepala Seksi Trantib Kelurahan Leuwigajah Juanda menyebutkan, meskipun dirinya baru tiga bulan menjabat Kasi Trantib, tetapi informasi itu pernah didapatnya dari warga RW 14 Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan. ”Informasinya juga dari warga,” kata Juanda, saat dikonfirmasi di Kantor Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, kemarin.
Masih menurut warga, kata dia, aktivitas anggota Gafatar, menarik perhatian warga setempat. Yakni, melakukan kegiatan-kegiatan sosial. Seperti, kegiatan gotong royong maupun khitanan masal. Tapi, tak ada warga Leuwigajah yang sempat masuk menjadi anggota Gafatar.
Dikonfirmasi, Ketua RT 07 RW 14 Kelurahan Leuwigajah Kecamatan Cimahi Selatan Ida Rukman mengungkapkan, pernah mengetahui tentang keberadaan anggota Gafatar di wilayahnya. Namun, sejak Agutus 2015 mereka sudah meninggalkan rumah kontrakan yang disewanya untuk pergi ke Kalimantan secara bersamaan.
Untuk diketahui, sebelumnya informasi Gafatar ada di Kota Cimahi pernah mencuat. Laporan itu didapat dari warga Kelurahan Leuwihgajah. Lokasinya di rumah kontrakan bercat kuning, nomor 46, RT/RW 03/14, Gading Perumahan Cibogo Permai III. Namun, penghuni sudah pindah. Mereka pindah pada malam hari saat lingkungan sepi.
’’Dulu aktivitas di rumah ini ramai. Ada tulisan spanduk sekretariat Gafatar. Sebenarnya saya tidak curiga kalau tempat ini dulu dijadikan Sekretariat Ormas yang dibicarakan sebagai aliran sesat. Tapi, ketika ramai diberitakan di media, saya jadi takut,’’ kata Nur, warga yang bersebelahan rumahnya dengan bangunan itu.