Dia memprediksi kinerja ekspor mampu dimaksimalkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Sebab, Indonesia memiliki banyak produk unggulan ekspor seperti kelapa sawit atau CPO, batu bara, timah, kakao, kopi, nikel, emas, hingga tembaga. Meski harga komoditas saat ini anjlok, pengelolaan dan peningkatan kualitas produk unggulan ekspor itu bisa menaikkan daya jual.
”Hal yang diutamakan saat ini adalah meningkatkan kualitas CPO dan batu bara agar tetap menjadi produk unggulan di pasar dunia. Indonesia juga negara penghasil kopi terbesar ketiga setelah Brasil dan Vietnam. Karena itu, ekspor kopi juga harus digenjot,” paparnya.
Di samping komoditas, peraih summa cum laude dari Wichita State University, Amerika Serikat (AS), itu juga menyoroti sektor industri lainnya yang cukup potensial di Indonesia. Di antaranya, sektor industri kreatif, teknologi dan digital, pariwisata, tekstil berbasis ekspor, dan agrobisnis.
”Sektor industri kreatif itu harus mulai dikembangkan. Kita bisa fokus pada hasil kerajinan yang bernilai seni dan budaya tinggi. Peluang pasar di sektor-sektor tersebut juga makin lama makin besar,” ujarnya. Setidaknya, lanjut dia, sekitar USD 1,8 triliun peluang pasar ada di sektor layanan konsumen, agrobisnis, sumber daya, dan pendidikan.
Terkait dengan impor, Sandiaga meminta pemerintah mengurangi volume, khususnya bahan pangan. ”Sebagai negara agraris yang kekayaannya berlimpah, tidak seharusnya Indonesia melakukan kegiatan impor bahan pangan. Kebijakan impor itu harus dikurangi dan dicegah karena berbanding terbalik dengan data pemerintah,” tuturnya.
Selain itu, alumnus program master business administration George Washington University tersebut mengamati program pembangunan infrastruktur yang tengah gencar dilakukan pemerintah.
Menurut dia, program pembangunan infrastruktur tersebut harus direalisasikan secara menyeluruh. Mulai infrastruktur jalan, pelabuhan, bandara, hingga kereta api.
”Karena Indonesia punya potensi cerah di sektor logistik, namun infrastruktur pendukung utamanya masih tertinggal jika dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN. Selain itu, infrastruktur pembangkit listrik serta eksplorasi minyak dan gas harus digenjot. Karena itu juga berperan menunjang pembangunan infrastruktur lainnya,” katanya.
Terakhir, Sandiaga menuturkan bahwa rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia juga harus menjadi perhatian pemerintah. Khususnya terkait dengan pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang dimulai tahun ini. Seperti diketahui, kualitas SDM Indonesia berada di peringkat kelima di bawah Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Thailand. Karena itu, dari segi kualitas SDM, Indonesia belum sepenuhnya siap menyambut MEA.