”Bila menyimak kembali satu demi satu karya Eddy Susanto, dapat ditemukan bahwa tema besar yang dapat dirasakan hadir menandai pameran ini adalah persoalan identitas,” jelasnya.
Dia menjelaskan Eddy menyajikan berbagai komponen kebudayaan saling silang bertransaksi dalam dan menghasilkan simpulan-simpulan baru yang menarik untuk disimak dan disintesakan. Salah satunya adalah hadirnya harmonisasi antara identitas global dan identitas lokal.
”Dari perbandingan kebudayaan antara kebudayaan Barat dan Timur, Eddy mampu mengoperasikan aspek persamaan di antara dua elemen gagasan yang berbeda,” ujarnya.
Dia menuturkan, dapat dilihat dari perbandingan naskah kuno keagamaan dari dua kultur berbeda antara teks religius Barat dengan teks keagamaan kultur Jawa seperti naskah Negara Kertagama, Ramayana, dan Serat Centini.
Selain menampilkan karya, JavaScript juga memberikan kesempatan jelajah ruang pamer pada insan media massa untuk mengetahui informasi secara lebih detail sekaligus berdialog langsung dengan pihak penyelenggara dan para kurator. Juga Art Talk yang akan menjadi ajang untuk berdiskusi antara Eddy Susanto dengan publik, mengenai karya dalam pameran JavaScript ini. (nit/fik)