Inovasi dari Balik Jeruji Besi Lapas Cipinang
Penjara kerap mendapat stigma buruk. Penuh kolusi dengan napi, peredaran narkoba yang diatur dari balik jeruji besi. Tudingan itu tidak sepenuhnya salah, namun juga tidak sepenuhnya benar. Banyak kegiatan positif dari balik terali besi.
Ano, Jakarta
RUANGAN 6 x 20 meter di sisi timur Lapas Narkotika Kelas II A Cipinang berbeda dari ruangan yang lain. Baik pemandangannya, auranya, maupun aromanya.
Ketika dikunjungi pekan lalu, tampak sebelas warga binaan tengah beraktivitas. Dengan mengenakan pakaian merah, topi, serta celemek putih, mereka tampak seperti chef. Mereka memang chef. Sebab, di ruangan tersebut mereka memproduksi roti sobek. Dibanderol dengan merek Kayna, roti tersebut merupakan produk andalan Lapas Narkotika Kelas II A Cipinang.
Bau harum khas seperti di gerai-gerai roti santar tercium. Begitu juga, pemandangan khas adonan tepung dan roti setengah jadi. Juga aneka bentuk roti seperti bulat, challah (panjang bertekstur kepang) dengan essence rasa. Misalnya, cokelat, keju, susu, srikaya.
Suasana hangat dan ramai tercipta di ruangan tersebut. Sesekali ada candaan khas. Misalnya, melempar tepung ke sesama warga binaan. Lalu dibalas, namun tidak sampai chaos.
Para pejabat lapas pun tidak jarang turun membantu proses produksi. Seperti yang dilakukan Kasi Kegiatan Kerja Lapas Narkotika II A Cipinang Wahyu Susetyo dan pengajar Agnes Puspasari. Bahkan, mereka tidak jarang membawakan makanan dan kopi atau teh untuk warga binaan.
Roti sobek berlabel Kayna buatan tangan warga binaan Lapas Narkotika Cipinang tidak bisa lagi dipandang sebelah mata. Dengan pilihan rasa yang bervariasi dan dikemas secara maksimal, roti Kayna banjir pesanan. Mereka sehari mampu memproduksi 3.000 roti dengan berbagai rasa dan jenis. ”Rata-rata pemesan adalah pihak rumah tahanan dan lapas lain di DKI Jakarta,” kata Kepala Lapas Narkotika Kelas II A Cipinang Andika Dwi Prasetya.