Meski sudah melatih salah satu klub Malaysia Premier League (MPL) yakni T-Team, tapi jiwa nasionalisme pelatih Rahmad Darmawan tetap berkobar. Apalagi sampai detik ini PSSI belum terbebas dari jeratan sanksi FIFA dan Menpora.
———————————-
Sebab itu, mantan pelatih Persija itu meminta pemerintah mencabut pembekuan induk sepak bola tanah air itu.
’’Segera cabut pembekuan ini karena menurut saya kalau terlalu lama juga kasihan dengan kondisi sepak bola kita. Terutama pemain-pemain yang bermain di Liga Nusantara dan Divisi Utama,’’ kata coach RD kemarin.
’’Kebetulan kemarin pas saya tidur di hotel di Kuala Lumpur, salah satu bellboy-nya itu mantan pemain belakang Persema Temanggung. Dia nemuin saya, kemudian cerita. Sebetulnya kemarin dia mau ikut Liga Nusantara karena sudah dipanggil Persema,’’ kata RD.
Namun, kompetisi liga amatir tersebut malah tidak jalan sesuai harapan. Pilihannya, dengan mengikuti kompetisi, defender tersebut bisa membiayai kuliahnya. Tapi rencana berantakan. Demi menambah biayai kuliah, dia pun bekerja sebagai bellboy di daerah Sahalam.
’’Bahkan setelah dia cerita, saya dibawakan oleh-oleh bola kaki. Dan dia minta tolong, nanti kalau saya pulang dicarikan klub. Artinya, itu adalah satu contoh betapa banyak pemain bola yang banting setir,’’ pungkas pelatih yang sudah membantu Timnas Indonesia U-23 meraih medali perak di SEA Games 2011 dan 2013 silam.
Komite Ad-Hoc PSSI, yang dipimpin Agum Gumelar, hingga kini juga belum bisa bekerja maksimal sebelum pemerintah menyertakan wakilnya. Padahal, Komite Ad-Hoc ini dihasilkan dari pertemuan FIFA dengan Presiden Jokowi di Istana Negara, November lalu.
Komite bersama Ad-Hoc ini diharapkan bisa mengevaluasi berbagai persoalan yang mengganjal untuk dirumuskan. Tapi, pemerintah justru memberi ruang bagi tim yang mereka bentuk sendiri, yaitu tim transisi dan sekarang tim kecil. Secara kasat mata, tim transisi atau tim kecil ini mengimplementasikan mental pragmatis untuk menyenangkan pemerintah.