Pancing Minat Baca Anak Jalanan dengan Sulap

Mereka yang Rela Bersusah Payah agar Orang Lain Bisa Membaca (2)

Sepuluh tahun sudah Riyan Hamzah menyusuri jalanan Jakarta, mengajak anak-anak jalanan membaca dan belajar menulis. Masih kerap kena ”garuk” Satpol PP.

M.HIMI SETIAWAN, Karawang

”HALO, nama saya Cici.”

”Halo Ci, namaku Dino. Apa kabar?”

”Baik, Dino. Main, sama aku, ya…”

Diawali perkenalan dua boneka yang ada di tangan itu, Riyan Hamzah langsung menyedot perhatian belasan anak yang ada di hadapannya. Semua antusias mendengar dongeng yang diceritakan Riyan sampai akhir.

”Begitulah salah satu cara saya mendekati anak-anak. Tujuan akhirnya tetap mengajak mereka membaca,” kata dia di sela-sela perayaan Hari Aksara Internasional (HAI) di Karawang (24/10).

Pendekatan seperti itu pula yang diterapkannya di jalanan Jakarta bersama Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Sanggar Alam Kita yang didirikannya. Tentu dengan tingkat kesulitan yang jauh lebih tinggi. Sebab, yang dihadapi anak-anak jalanan.

Tak seperti umumnya rumah singgah atau TBM untuk anak jalanan, Riyan tidak menunggu didatangi. Dialah yang menghampiri, menyapa, dan mengajak mereka membaca dan menulis.

Ikhtiarnya itu bermula dengan sepeda kayuh dan sebuah boks plastik. Riyan menyusuri kawasan Salemba, Jakarta Pusat, sembari membawa sekitar 150 buku. Dari sekitar pukul 08.00 sampai 17.00, Riyan menghampiri pengamen, pengasong, atau pengemis. Dia mengajak anak-anak yang sebagian besar sudah meninggalkan bangku sekolah –atau tak pernah bersekolah– itu untuk kembali mencintai buku. Sebuah pekerjaan yang bagi banyak orang mungkin dianggap ”absurd”.

”Saya bagian dari mereka. Jadi, saya harus bisa mendekati mereka untuk belajar,” jelasnya.

Masuk ke Jakarta pada 1999 tanpa bekal keterampilan serta pendidikan mencukupi, pria kelahiran Sumedang, 9 September 1974, itu akhirnya memang harus bertahan hidup di jalanan. Suami Rosiyanti tersebut menjadi pedagang asongan dan pengamen. Area kerja ayah tiga anak tersebut di sekitar Jakarta Timur sampai Jakarta Pusat.

Beberapa tahun menjadi pengasong dan pengamen, Riyan lantas tertarik menjajal teater. Dia bergabung dengan kelompok teater pada 2001 atau 2002. Tepatnya sebuah kelompok teater di kawasan Tebet yang bernama Tukang.

Tinggalkan Balasan