Karena itulah, KNKT memberikan rekomendasi agar semua Post Flight Report (PFR) bisa didokumentasikan dan ditindaklanjuti sebagai evaluasi armada. Selain rekomendasi itu, pihaknya mengaku sudah mengeluarkan 51 tindakan perbaikan lainnya. Misalnya, menganjutkan agar AirAsia mengadakan training kepada pilot dalam keadaan seperti insiden QZ8501.
Sementara itu, AirAsia Indonesia langsung merespon hasil investigasi KNKT atas kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501 rute Surabaya – Singapura itu. Maskapai didirikan pengusaha Malaysia, Tony Fernandes itu mengaku siap mengambil pelajaran dan memerbaiki pengelolaan dari tragedi tersebut.
Presiden Direktur AirAsia Indonesia Sunu Widyatmoko, mengatakan sesuai dengan laporan KNKT bahwa penyebab dari peristiwa itu merupakan kombinasi dari berbagai faktor.
”Kami mengucapkan terima kasih kepada KNKT dan seluruh pihak terlibat dalam investigasi. Ada banyak pelajaran dapat diambil bagi industri penerbangan secara keseluruhan dan kami senantiasa berdedikasi dalam memastikan standar keselamatan AirAsia Indonesia tetap berada pada level tertinggi di industri,” kata dia dalam keterangan resmi, kemarin.
Setelah tragedi tersebut, Sunu mengatakan, pihaknya menggandeng mantan regulator Federal Aviation Administration (FAA) dan Bureau Veritas untuk memberikan rekomendasi dalam peningkatan standar keselamatan maskapainya.
”Kami juga melakukan beberapa inisiatif safety sebelum laporan KNKT dikeluarkan. Termasuk menambahkan pelatihan upset recovery ke dalam silabus recurrent training,” akunya.
Selain itu juga menambahkan sesi pelatihan simulator dalam pelatihan awal dan implementasi sistem Airman yang akan memberikan pengawasan secara realtime terhadap sinyal masalah di pesawat (aircraft fault messages).
”AirAsia berkomitmen untuk secara berkelanjutan mengembangkan dan meningkatkan proses keselamatan agar sesuai dengan standar keselamatan internasional tertinggi,” tekadnya. (bil/gun)