Bukit Tak Jadi, Saksi Bisu Heroisme Imam Bonjol

Senjata berat itu tertimbun dalam tanah yang sekarang ditutup keramik, dan disekat ruangan berukuran 4×4 meter. Tersisa, hanya moncong meriam serta beberapa bola mesiu serta kayu tempat penumbuk mesiu.

Dari cerita yang berhasil dihimpun, meriam itu konon kabarnya, dilempar langsung oleh Tuanku Imam Bonjol ke tentara penjajah kolonial Belanda, dari atas benteng bukit tak jadi. Meriam itu lalu menancap di tanah sedalam dua meter. Hingga saat ini hanya moncong, ujung bagian atas meriam yang muncul kepermukaan. Sementara badannya tertancap. Menariknya, ungkap Nefizar, pada zaman penjajahan Jepang dahulu, meriam itu sempat dicabut namun tak kuasa dilakukan. ’’Mitosnya, ujung meriam itu akan muncul jika didzikirkan pada malam-malam tertentu. Ia akan muncul sepanjang 15 centimeter,’’ katanya.

Sekretaris Nagari Ganggo Hilia, Kecamatan Bonjol, Elfi Marantika, Jumat (6/11), mengatakan, sebenarnya masih banyak peninggalan sejarah perjuangan dari sang patriot bangsa ini di kanagarian itu. Namun, berbagai peninggalan itu kurang terawat. Alasan dana menjadi kendalanya.

Mulai dari, benteng di bukit tak jadi, meriam bujang palembang, makan jenggot dan masih banyak lagi peninggalan-peninggalan lainnya. Dikatakan, untuk Bukit tak jadi, merupakan benteng pertahanan perjuangan dari Tuanku Imam Bonjol bersama laskar pemberaninya dalam melawan penjajah Belanda. Kebetulan, bukit itu letaknya strategis, karena berada pada jalur lintas Bonjol-Bukittinggi pada waktu itu. ’’Selain sebagai basis pertahanan perang paderi, bukit tak jadi itu juga dijadikan sebagai pertahanan dalam perang PRRI sekitar tahun 1952. Dibukit itu juga ada tapak meriam, tempat menumbuk mesiu berbentuk kolam dan lubang peninjauan. Tapi kondisinya memiriskan,’’ kata Elfi.

Saat ini kondisi dari sejumlah peninggalan sejarah itu seolah terpinggirkan dari hiruk pikuk derap pembangunan. Banyak peninggalan sejarah mulai rusak termakan usia. Namun, sebahagian lagi rusak karena dibiarkan tak terawat. Mencegah hal itu, pemerintah Nagari Ganggo Hilia berinisiatif merehabilitasi seluruh peninggalan tersebut. Upaya itu seiring dengan visi pemerintah nagari Ganggo Hilia mewujudkan kanagarian itu sebagai nagari wisata sejarah. Untuk itu seluruh aset peninggalan tuanku Imam Bonjol ini dilakukan peliharaan kembali. ’’Dana pemeliharaan peninggalan tuanku imam Bonjol dilakukan seadanya, pasalnya tidak ada anggaran khusus dari pemerintah setempat. Terkadang, ada bantuan partisipatif dan swadaya masyarakat itu yang digunakan,’’ ucapnya.

Tinggalkan Balasan