Cimahi Dihantam Puting Beliung

Camat Pangalengan Yayan Suheryan mengatakan, di Kampung Sidamukti, Desa Pangalengan, retakan yang terbentuk 2013 lalu kembali mengancam puluhan rumah di sekitarnya. Hal ini beriringan dengan datangnya musim hujan sejak beberapa hari ini.

”Di Desa Pangalengan, ada 3 rumah yang sudah dikosongkan karena penghuninya mengungsi. Tiga rumah ini sudah retak-retak. Selain itu, ada 19 rumah yang terancam longsor akibat retakan ini. Mereka kami imbau waspada dan sebagian mengungsi juga,” papar Yayan kemarin.

Di Desa Sukamanah, tutur Yayan, retakan tanah pun terjadi sejak sebulan lalu dan membuat sembilan keluarga mengungsi dari rumahnya. ”Sejak hujan turun dan rumah-rumah yang di sekitarnya pun diimbau waspada,” singkatnya.

Yayan menjelaskan, pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah memeriksa dua lokasi retakan tanah sepanjang ratusan meter tersebut pekan lalu. Pihaknya pun sedang menunggu hasil penelitian itu.

”Kalau dinyatakan sebagai zona merah, mungkin harus direlokasi. Tapi saat ini kami telah memasang tenda pleton dan posko di sekitar lokasi. Bantuan logistik pun sudah disediakan,” jelasnya.

Sementara itu, Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Bandung, Cecep Hendrawan mengungkapkan, pihaknya telah memeriksa lima lokasi retakan tanah yang terjadi di Desa Sukamanah, Kecamatan Pangalengan.

”Daerah itu memang daerah patahan. Selain itu, 43 keluarga di Desa Rawabogo di Kecamatan Ciwidey sudah menempati hunian sementara,” ungkapnya sambil menambahkan, warga diumbau waspada pada berbagai kemungkinan bencana.

Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mewaspadai pergantian musim dari kemarau ke musim hujan yang akan mengakibatkan terjadinya banjir atau longsor. Prediksi, kata dia, awal musim penghujan mulai November hingga sampai Januari 2016.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, agar masyarakat mewaspadai kemungkinan terjadinya banjir dan longsor. Sebab, bergantinya musim maka berganti pula jenis bencananya. ”Jika sebelumnya didera kekeringan dan bencana asap akibat Karhutla (Kebakaran Hutan dan Lahan), maka akan berganti dengan banjir, longsor, dan puting beliung,” kata Sutopo lewat sambungan telepon kemarin.

Dia mengatakan, pemerintah harus segera mengantisipasi menghadapi banjir dan longsor. Sebab, ada 64 juta jiwa masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah rawan sedang-tinggi dari banjir. Mereka tersebar di 315 kabupaten/kota. Sedangkan longsor, ada 41 juta jiwa masyarakat yang tinggal di daerah rawan sedang-tinggi. Longsor di 274 kabupaten/kota. ”Pemerintah dan pemda harus melindungi masyarakat,” tuturnya.

Tinggalkan Balasan