Anak Idap Hemofilia, Ibu Berniat Jual Ginjal

Tiga bulan berlalu tanpa penurunan kondisi, membuat Nurlina semringah. Dalam hatinya berkata: ”Alhamdulillah, Dicha perlahan membaik”. Tapi, kondisi putrinya yang begitu rentan membuat air mata Nurlina kembali jatuh pekan lalu.

Dicha tiba-tiba drop dan dilarikan ke rumah sakit. Hingga kemarin, sudah 20 kantong darah golongan B masuk ke tubuhnya lewat sebuah selang di hidung mungilnya. Dalam sehari, bisa 20–30 kali Dicha muntah darah. Dia tak minum dan tak makan, hanya bergantung asupan transfusi darah. Karena kondisinya terus memburuk, Nurlina menyebut, anaknya kembali dibawa ke RSUP Dr Sardjito, Jogjakarta. Hanya di rumah sakit tersebut Dicha mampu dirawat maksimal.

Cuma, persoalannya, biaya yang dibutuhkan juga cukup ”maksimal”. Amat menguras dompet. Tak jauh berbeda dengan pengobatan Mei lalu, dibutuhkan duit puluhan juta. Dicha harus dirawat intensif selama satu bulan.

”Biaya pengobatannya sangat mahal. Tapi, apapun akan saya lakukan untuk anak satu-satunya yang saya miliki. Termasuk menjual ginjal saya,” tutur Nurlina dengan tatapan kosong. Dia merasa mantap dengan pilihannya itu. Asalkan biaya pengobatan Dicha terjamin.

Yang bikin terenyuh, Nurlina kini berstatus single parent. Dia berpisah dengan suaminya sejak beberapa bulan lalu. Tanpa sosok kepala keluarga yang mestinya menghidupi mereka, pemasukan kini hanya mengandalkan sumbangan dari dermawan.

”Hanya ini yang saya punya. Ayah Dicha pergi entah ke mana dan tidak pernah menjenguknya lagi. Saya tak ingin kembali merepotkan banyak orang yang sangat membantu penyembuhan Dicha selama ini,” ungkapnya.

Karena itu, lewat Kaltim Post (Bandung Ekspres Grup), Nurlina bermaksud menawarkan ginjalnya dengan harga yang pantas kepada siapa pun yang memerlukan. Memang, hanya memiliki satu ginjal, disebut Nurlina, sangat berisiko. Tapi, mengorbankan satu ginjalnya demi kesembuhan bidadarinya itu adalah pilihan yang harus diambil.

Sebagian pengobatan Dicha sebenarnya ditanggung BPJS. Namun, ada item lain seperti obat khusus, juga transfusi darah, yang menuntut biaya. Ongkos sebulan di RS Kanujoso bisa mencapai Rp 19 juta.

Dokter sebenarnya telah merujuk putrinya itu ke RSUP Sardjito. Harapan kesembuhan di sana lebih besar. Akan tetapi, biaya yang dibutuhkan bisa Rp 30 juta sebulan. Alternatif lain adalah rumah sakit di Penang, Malaysia. Namun, ongkosnya lebih berlipat, hingga Rp 80 juta.

Tinggalkan Balasan