Anak Idap Hemofilia, Ibu Berniat Jual Ginjal

[tie_list type=”minus”]Berharap Anaknya Bisa Terselamatkan[/tie_list]

Kondisi Dicha Larasati, bocah perempuan asal Balikpapan penderita hemofilia (kelainan genetik pada darah yang disebabkan adanya kekurangan faktor pembekuan darah), ini memprihatinkan. Sempat membaik setelah perawatan intensif di Jogjakarta Mei lalu, kini dia kembali kritis dan dirawat di rumah RSKD Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan. Biaya pengobatan yang mahal, membuat sang bunda, Nurlina, berniat menjual ginjalnya.

M Rizki, Balikpapan

[tie_list type=”minus”][/tie_list]

Anak Idap Hemofilia
RIZKIÏ/KALTIMPOST

KASIH TAK TERBATAS: Nurlina setia menunggui putrinya Dicha Larasati, di RS KD Balikpapan, kemarin. Dia akan menjual ginjalnya demi ongkos operasi.

Karena penyakit langka yang dideritanya, bocah ini tak bisa hidup normal seperti anak lain. Hari-harinya dihabiskan di kasur, tanpa bisa merasakan asyiknya bermain. Waktu yang berat itu mampu dilewati hingga kini dia berumur lima tahun.

Kuatnya keinginan Dicha untuk sembuh itulah yang membuat semangat Nurlina berlipat. Dalam 24 jam, dia terus berada di sisi buah hati satu-satunya tersebut. Seperti yang terlihat kala Kaltim Post membesuk Dicha di Ruang Flamboyan C, Nomor 9, Rumah Sakit Kanujoso Djatiwibowo (RSKD), kemarin (20/10).

Sudah sepekan Nurlina bersama bidadari ciliknya di ruangan itu. Dicha terpaksa dilarikan lagi ke rumah sakit pada Selasa (13/10) kemarin sekitar pukul 20.00 Wita karena kondisinya tiba-tiba menurun. Dia demam dan muntah darah.

Nurlina kaget. Pasalnya, setelah kembali berobat di Jogjakarta, lima bulan lalu, kondisi Dicha berangsur membaik. Bahkan, putrinya itu telah merasakan indahnya bangku sekolah di sebuah PAUD di dekat rumahnya yang beralamatkan di Sraat III, Gunung Samarinda, Balikpapan Utara.

Sebenarnya, dia menentang keinginan anaknya untuk keluar rumah. Dokter menyarankan, Dicha istirahat di rumah, tak boleh berpikir, stres, dan makan sembarangan. Anaknya itu juga diwajibkan kontrol setiap bulan.

Akan tetapi, Nurlina tak ingin melihat pelita hatinya “tersiksa”, lantaran tak bisa sekolah dan bermain. ”Saya enggak tega melihat Dicha, (tinggal) di rumah terus. Dia bilang ‘Ma, saya mau sekolah. Dicha sudah kuat.’ Saya kasihan sama dia. Jadi, saya ikuti kemauannya, Dicha sekolah,” ucap Nurlina.

Tinggalkan Balasan