[tie_list type=”minus”]Kembali Melemah ke Level Rp 13.400 per Dolar AS[/tie_list]
JAKARTA – Nilai tukar rupiah bergerak melemah ke level Rp13.400 per dolar AS Senin (12/10). Data Bloomberg, rupiah dibuka melemah 20 poin ke level Rp13.432 dari posisi penutupan perdagangan akhir pekan kemarin Rp13.412 per dolar AS.
Pelemahan rupiah masih berlanjut seiring mulai berjalannya waktu perdagangan. Tercatat, pada pukul 09.03 WIB berada di posisi Rp13.491 per dolar AS. Pelemahan rupiah terjadi setelah rupiah menguat tajam 5,52 persen selama dua hari berturut-turut sebelumnya.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan di pasar spot akhir pekan, Jumat (9/10), kurs rupiah ditutup naik 3,42 persen atau 475 poin ke level Rp13.412 per USD. Sementara kurs tengah Bank Indonesia pada Jumat (9/10) lalu, naik ke level Rp 13.521 dari posisi hari sebelumnya Rp 13.809 per dolar AS.
Sepanjang perdagangan akhir pekan lalu, kurs rupiah bergerak di level Rp13.281 per USD dan terlemah Rp13.774 per USD. Kurs rupiah menguat tertinggi di Asia, disusul oleh penguatan ringgit Malaysia 2,56 persen.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menyebutkan, pernyataan Wakil Ketua Bank Sentral AS Stanley Fischer yang masih melihat adanya peluang kenaikan suku bunga pada tahun ini menjadi salah satu sentimen yang mendorong dollar AS kembali bergerak menguat.
Ia menambahkan, pelaku pasar saat ini juga sedang menanti pidato dari pejabat Federal Reserve lainnya, yakni Dennis Lockhart dan Charles Evans. Jika keduanya memberikan pernyataan yang mendukung kenaikan suku bunga pada tahun ini, hal itu kemungkinan dapat menggairahkan kembali mata uang dollar AS.
”Para pembuat kebijakan Federal Reserve AS masih mungkin untuk menaikkan suku bunga pada tahun ini. Namun, itu dapat berubah jika ekonomi global yang masih melambat berdampak pada ekonomi AS,” katanya.
Sementara itu, ekonom Samuel Sekuritas, Rangga Cipta, mengatakan bahwa faktor internal yang cukup positif masih menjaga fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Pada pekan ini, pelaku pasar uang di dalam negeri sedang menanti data neraca perdagangan yang diperkirakan kembali mencatatkan surplus.