Rupiah Pimpin Penguatan di Asia Pasifik

Menurut Mirza, di samping didorong pergerakan pasar di mana terjadi pembalikan arus, juga ada faktor dalam negeri terutama  kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah secara beruntun. Kebijakan itu di tanggapi  investor asing secara positif.

Selama ini, investor-investor asing kerap mengatakan bahwa Indonesia tidak pernah serius melakukan reformasi struktural. Namun, pemodal mancanegara, menurut Mirza, mengapresiasi tiga bundel paket kebijakan ekonomi yang telah dirilis.

Penguatan yang terlalu tajam sebenarnya juga membuat investor waswas. Sebab, meskipun menguat, volatilitas yang terlalu tajam memang bisa menggoyang kredibilitas mata uang. Menanggapi itu, Mirza meminta pelaku ekonomi tidak terlalu mengkhawatirkannya. Dia mengatakan, isu tersebut hanya berasal dari investor luar negeri yang merugi akibat penguatan rupiah yang terlalu tajam.

”Kita jangan sampai terpancing pada pertanyaan-pertanyaan dari luar seperti itu. Enggak apa-apa (penguatan tajam). Karena kan yang jelas pada waktu kita mengalami pelemahan berat kan ekonomi pasti tertekan kan, importer tertekan,” tuturnya.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, penguatan tajam rupiah saat ini memang bisa menjadi berkah bagi pelaku pasar keuangan. Dia menyebut, jika ada investor yang masuk ke pasar modal Indonesia saat rupiah lemah, bisa mendapat dua keuntungan sekaligus. Yakni, saat harga aset atau sahamnya naik dan rupiah menguat. ”Untungnya bisa berlipat,” ujarnya.

Meski demikian, lanjut David, penguatan tajam rupiah saat ini juga memicu kekhawatiran, khususnya di sektor riil. Dia menyebut, memang banyak pelaku usaha yang senang dengan penguatan rupiah. Namun, ketika penguatannya terlalu tajam, bakal menyulitkan pelaku usaha dalam membuat proyeksi bisnis. ”Kalau melemahnya tajam, lalu menguatnya tajam, pelaku usaha pasti bingung (membuat perencanaan bisnis),” ucapnya.

Sementara itu, dari pasar modal, bursa saham Indonesia menghijau di sepanjang pekan ini. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melompat sebesar 9,07 persen dan indeks LQ45 melesat 12,50 persen pada pekan ini seiring aksi beli investor asing.

Kenaikan secara kumulatif itu diraih setelah pada perdagangan akhir pekan kemarin IHSG ditutup menguat 97,911 poin (2,180 persen) ke level 4.589,344. Selanjutnya, indeks 45 saham unggulan atau LQ45 ditutup menguat 20,40 poin (2,65 persen) ke level 788,95. Secara year to date sejak awal tahun sampai dengan kemarin IHSG masih minus 12,20 persen, jauh berkurang dibandingkan pekan sebelumnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan