Misalnya, melalui paket kebijakan yang dikeluarkan BI, OJK, maupun pemerintah. ”Paket kebijakannya sudah bagus, kalau implementasinya di lapangan juga bagus, pasar akan merespons positif dan mengembalikan kepercayaan pada pemerintah. Jika itu terjadi, aliran modal akan masuk, sehingga rupiah berpotensi menguat atau setidaknya stabil di bawah Rp 14.000 (per USD hingga beberapa bulan ke depan,” urainya.
Sebelumnya, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara mengungkapkan bahwa pihaknya yakin rupiah bisa menyentuh level Rp 13.500 per USD. Dengan catatan, ada perbaikan ekonomi domestik. ”Ya bisa (ke Rp 13.500). Karena kalau ke angka Rp 13.800 (kondisi hari ini) itu masih undervalue,” ujarnya usai Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XI di Jakarta, Rabu malam (7/10).
Mirza mengungkapkan bahwa perbaikan ekonomi domestik yang dimaksud yakni tingkat inflasi yang sesuai target Bank Indonesia, bahkan bisa lebih rendah, serta perbaikan defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD). Namun, dia enggan menjelaskan lebih panjang berapa angka fundamental ideal rupiah. ”Jadi misal suatu angka X, lalu terjadi perbaikan fundamental, ya nanti bisa lebih baik angka fundamental itu,” tambahnya.
Mirza juga optimistis bahwa tren positif ini masih akan terus berlanjut. Sebab, lanjutnya, masih ada ruang untuk penguatan rupiah. ”Sebab meski sudah menguat dari level 14.700-14.800 ke level 13.800 itu kan masih undervalue yang masih cukup dalam juga. Jadi kalau kami masih melihat kalau bisa untuk menguat lebih jauh itu kan akan lebih baik,” urainya.
Di sisi lain, dia juga mengungkapkan bahwa penurunan cadev disebabkan oleh upaya BI untuk melakukan stabilisasi nilai tukar. Upaya tersebut, lanjutnya, memang wajib dilakukan oleh BI demi stabilitas ekonomi dalam negeri. ”Jadi ya BI harus masuk untuk stabilisasi karena tugasnya BI ya stabilisasi. September juga BI masuk ke stabilisasi pasar SBN. Jadi kalau cadev turun dalam jumlah yang cukup besar ya karena dipakai untuk stabilisasi. Demi stabilitas negeri inilah,” tuturnya.
Data Jakarta Interbank Spot Dollar Offered Rate (Jisdor) yang dirilis BI menunjukkan, rupiah kemarin ditutup di level 13.809 per USD, menguat 256 poin dibanding penutupan sebelumnya yang masih di posisi 14.065 per USD.