Dalam dua tahun terkahir menjalani kehidupan atas bantuan raskin tiga kilogram per bulan yang diberikan RW dengan uang pengganti kresek Rp 1.000. ”Penghasilan saya hanya dari hasil memulung sampah dengan bayaran Rp 200 per kilogram. Ini tak cukup untuk sehari-hari. Bapak kadang dapat uang kadang tidak,” cetus Atikah.
Dia mengaku, pernah mendapat Bantuan Langsung Tunai (BLT) 2014 sebesar Rp 400 ribu dan 2015. Saat itu, kata dia, momen menghadapi Idul Fitri. Nilainya Rp 600 ribu, dengan mengambil langsung dari Kantor Pos Ujung Berung.
Dengan adanya rencana pembangunan jalan tol yang akan menggunakan tanah yang ditempati, Atikah menyatakan siap dipindah oleh pemerintah asalkan tidak bayar. ”Kalau bayar uang dari mana. Untuk sehari-hari saja ibu teh susah,” ujarnya.
Ketua RW 05 Kelurahan Cisaranten Kidul, Kecamatan Gedebage Dede Surahman, ditemui dikediamannya membenarkan, warga yang hidup di bedeng tanah kosong warga Gedebage Tengah dan Wetan adalah warganya.
Dulu semasa ada orangtuanya, mereka hidup seatap dengan keluarganya. Pernah ada peninjauan dari kelurahan dan Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM), dan mereka harus disisihkan. Sebab, dipandang mengganggu dan kumuh atau disebut sareukseuk. ”Atas nama kemanusiaan saya pertahankan. Sebab, nyatanya mereka hidup patuh dan manut. Dorongan Karang Taruna cukup membantu, meski alakadarnya,” kata Dede.
Suatu hari mereka pernah minta dipindahkan. Namun, mau ke mana saya tidak bisa janji. ”Mereka dikhawatirkan menagih terus sementara saya belum ada solusi,” imbuh Dede.
Penghuni bedeng lainnya, ada yang siap pindah ada pula yang ragu. Tapi tatap curiga terpancar dari mata mereka. Mereka selalu curiga terhadap yang datang tak dikenal. ”Itu reaksi dari rasa was-was dan takut diusir,” pungkas Dede. (edy/rie)