Siswa Terlatih Hadapi Gempa dan Tsunami sejak Kelas 1

Misalnya, jika sedang di jalan tiba-tiba ada angin kencang, siswa diajari menyelamatkan diri. Semua materi disertai simulasi. ’’Materi diawali dari hal yang paling simpel,’’ ucap Masaki.

Lain lagi dengan pelajaran kelas 2. Di tingkat tersebut, siswa diajari mengenali jenis-jenis bencana. Sebab, Jepang dikepung beragam ancaman bencana yang sudah jadi langganan. Gempa, tsunami, badai, dan banjir terjadi berulang dalam kurun waktu tertentu.

Selain itu, siswa diajari memilih tempat yang aman untuk berlindung jika terjadi bencana tersebut. Misalnya, jika terjadi banjir dan badai, guru menunjukkan tempat apa saja yang aman untuk dijadikan lokasi berlindung.

Berbeda lagi jika ada gempa yang berpotensi menimbulkan tsunami. Siswa diajari cara mencari tempat yang tinggi dan aman dari guncangan. Untuk membuat gamblang pelajaran itu, guru membuat permainan berbentuk gambar lokasi sekolah. Siswa lantas diminta menunjukkan tempat yang paling aman jika terjadi bencana yang bermacam-macam.

Sebagai pelajaran lanjutan, siswa di kelas 3 diajari materi kepemimpinan yang masih terkait dengan bencana. Caranya, siswa diminta mengoordinasi lingkungan terdekat mereka saat bencana terjadi untuk mencari tempat aman dan memberikan pertolongan.

’’Minimal bisa menjadi inisiator dan diterapkan di lingkungan keluarga siswa,’’ jelas bapak dua anak itu.

Materi tersebut cukup penting. Sebab, lanjut Masaki, saat keadaan genting dan kacau karena bencana, siswa diharapkan berperan dalam menyelamatkan keluarga dan orang di dekat mereka untuk membawa ke tempat yang aman. Dengan begitu, siswa tidak ikut-ikutan panik yang malah memperparah suasana.

Sebagai praktiknya, siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Mereka disebar di sekeliling sekolah dan disimulasikan tiba-tiba terjadi bencana. Masing-masing siswa dituntut secara bergiliran untuk mengoordinasi anggota kelompoknya agar bisa menemukan tempat untuk berlindung.

Di kelas 4, pemahaman siswa diperkaya dengan banyak diskusi dan mendatangkan narasumber yang terkait dengan penanganan bencana. Narasumber itu bisa berasal dari organisasi, komunitas, maupun lembaga resmi pemerintah. ’’Narasumber bercerita tentang pengalaman mereka ketika menangani bencana,’’ jelasnya.

Untuk kelas 5, siswa diajari cara mendapatkan informasi bencana. Mereka dikenalkan dengan berbagai tanda umum saat bencana muncul. Mereka juga diajari cara menyebarkan informasi tersebut kepada orang lain. Dengan begitu, mereka tidak saja tanggap bencana, tapi juga mampu mengenali saat bahaya datang.

Tinggalkan Balasan