”Tapi koi ini adalah sumber perdamaian dan persahabatan. Kita jadi bisa bertemu pengusaha hebat dan relasi dari seluruh dunia,” ujar praia yang menjabat Presiden ZNA Bandung Chapter.
”ZNA adalah kelab pencinta koi tertua di Jepang. Di Indonesia sendiri hanya ada Bandung dan Surabaya Chapter. Kami sering menggelar acara seperti keeping contes, agar dunia koi di kita (Indonesia) bergeliat,” beber dia.
Sementara itu, Saumudin, peternak koi asal Bogor menambahkan, pangsa pasar ikan hias koi dari dulu sangat menjanjikan. Bahkan, Indonesia pada masa jayanya pernah menjadi eksportir tetap untuk timur tengah dan beberapa negara Eropa lainnya.
Sayang, kondisi tersebut tidak bertahan lama. Alasannya, pemerintah tidak memandang koi sebagai komoditas bisnis yang menjanjikan untuk dipasarkan di luar negeri. ”Bahkan tidak pernah ada sedikit pun anggaran untuk memberdayakan peternak. Buat apa ada Dirjen Perikanan,” tegas pria yang akrab disapa Udin ini.
Udin boleh jadi satu dari beberapa perternak yang masih bertahan dalam bisnis koi. Dedikasinya pada hobi koi itu pun menjadikannya sosok yang kerap diminta menjadi juri pada kejuaraan koi skala internasional.
Udin mengungkapkan, bukti dari geliat koi nasional bisa terlihat dari banyaknya pesanan koi unggulan dari berbagai negara di Asia. Filipina dan Vietnam pun menjadi dua negara yang kerap membeli dari Indonesia untuk komoditas ikan hias asal Jepang tersebut.
Dengan besarnya perhatian negara-negara di Asia, kata dia, selayaknya pemerintah mulai melirik para peternak lokal untuk bisa meraih pasar. Terlebih, industri ikan hias tidak pernah sepi dari peminat. ”Bahkan dari tahun ke tahun semakin banyak. Tidak seperti tren batu akik. Koi di Jepang bisa menjadi kiblat dunia tentu karena dorongan pemerintahnya,” tuturnya.
”Tapi sayang, jangankan untuk ekspor ke luar negeri. Saya mau ngirim ke Kalimantan saja, ribetnya minta ampun. Ini jadi bukti ketidakseriusan dan perhatian pemerintah,” tambahnya.
Demikian halnya para peternak lokal. Selama ini, kata dia, karena tidak adanya kontribusi pemerintah dalam memberikan pengetahuan dan bantuan, banyak peternak yang tidak mementingkan kualitas. Padahal, untuk koi ukuran 15 sentimeter saja bisa dihargai dengan Rp 3 juta untuk satu ekor. Bayangkan jika itu dikorelasikan dengan tingginya permintaan dari luar negeri yan cukup tinggi. ”Sangat menjanjikan,” ujarnya.
Hartono Soekwanto, Pehobi Koi dengan Prestasi Dunia
- Baca artikel Jabarekspres.com lainnya di Google News