[tie_list type=”minus”]Debit Sungai Berkurang 70 Persen[/tie_list]
SOREANG – Dampak kemarau panjang yang sudah terjadi sekitar empat bulan terakhir ini mengakibatkan bencana kekeringan di berbagai wilayah termasuk di Kabupaten Bandung. Bahkan mulai hari ini (15/9) Pemkab Bandung sudah menetapkan status tanggap darurat kekeringan hingga 3 Oktober 2015.
Salah satu hal yang sangat mengkhawatirkan adalah terus menyusutnya debit air yang ada di wilayah irigasi di Kabupaten Bandung. Terutama di Sungai Ciwidey yang saat ini penyusutannya sudah mencapai 70 persen.
Luas areal irigasi di Kabupaten Bandung sendiri adalah sekitar 36 ribu hectare. Yakni 10 ribu hektare milik provinsi dan 26 ribu hektare milik Pemkab Bandung.
Dari luas areal tersebut, memang tidak semuanya mengalami penyusutan drastic. Sisa debit air bervariasi antara 40 hingga 60 persen. Namun, untuk debit air yang tersisa 30 persen itu merupakan contoh dari sungai Ciwidey yang merupakan debit air andalan. Sebab, air dari sungai dialirkan ke tiga aliran irigasi. Yaitu irigasi Cibeureum, Leuwi Kuya, dan Leuwi Kuray.
Kepala Dinas Sumber Daya Air, Pertambangan dan Energi (Sedape) Kabupaten Bandung Kawaludin menuturkan, meski ada penyusutan hingga menyisakan 30 persen, tapi bukan berarti sisa debit air tersebut tidak bisa dimanfaatkan. ”Supaya mengoptimalisasikan sisa debit air yang sudah sangat menyusut ini, kita melakukan mekanisme gilir giring dan gilir bendung,” tutur dia kemarin (14/9).
Jika dua cara itu tidak digunakan, maka pengaliran air akan tersebar ke mana-mana. Sehingga berpotensi membuat warga saling berebut untuk memperoleh pasokan air. ”Kalau enggak dilakukan, maka pengambilan air akan tersebar dan akhirnya tidak sampai ke hilir,” ujar dia merinci.
”Kalau ini digunakan, akan sampai ke petak-petak sawah pertanian, kalau enggak nanti bisa rebutan,” tambahnya.
Mekanisme penerapan gilir giring itu, yakni dengan cara menjadwalkan pembagian air ke sejumlah luas lahan pertanian. ”Misalnya di satu petak itu diberi waktu lima jam sehingga bisa sampai ke petak sawah yang dibutuhkan secara bergiliran,” urainya.
Pihaknya mengaku telah berkoodinasi dengan beberapa kelompok tani di Kabupaten Bandung untuk memaksimalkan pasokan air secara bersama-sama. ”Di kita ada binaan, ada kelompok tani. Mereka nanti berkoodinasi dengan petugas UPTD di lapangan, ada empat unit yg dikoordinir oleh UPTD yang di lapangan,” tambah dia.