Investigasi Besar-Besaran Dilakukan

Di pintu luar Babussalam (salah satu pintu utama Masjidilharam), kendaraan crane yang terjungkir diberi pagar pembatas seng setinggi 2 meter. Namun, di bagian dekat tangga masuk Babussalam, pembatas hanya berupa tali berwarna merah putih. Puluhan jamaah tak melewatkan kesempatan untuk mengabadikan gambar crane yang terjungkir tersebut.

Jumlah Korban

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin sebagai amirul hajj terus memantau perkembangan penanganan jamaah haji Indonesia korban musibah crane. Sampai pukul 17.00 waktu Saudi kemarin, Lukman menegaskan bahwa korban tewas akibat ambruknya crane berjumlah dua orang.

Meskipun demikian, Lukman memerintah kepala Daerah Kerja (Daker) Makkah terus melakukan penyisiran di Masjidilharam dan rumah-rumah sakit di Makkah untuk memastikan jumlah jamaah korban crane. Misalnya di Rumah Sakit King Faisal maupun An Noor. ”Petugas melakukan penyisiran terus-menerus,” ujar dia.

Menurut Lukman, korban meninggal akan dimakamkan di Makkah. Sedangkan korban yang menjalani perawatan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah Saudi. ”Keluarga yang di tanah air tidak perlu terlalu cemas. Karena korban musibah itu sudah dirawat sebaik-baiknya,” tutur dia.

Kemenag, terang Lukman, tak bisa memfasilitasi keluarga korban yang ingin melihat ke Makkah. Karena saat ini musim haji, yang bisa masuk Makkah hanyalah orang yang sudah memegang visa haji.

Selain kepastian jamaah yang tewas dua, informasi yang diperoleh Jawa Pos hingga pukul 00.00 WIB, jamaah yang terluka bertambah 11 orang menjadi 42 dari sebelumnya 31 orang. Ada yang masih dirawat di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS). Ada juga yang di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Makkah dan ada yang sudah kembali ke pemondokan. ”Para korban akan dirawat hingga hari wukuf tiba (22 September),” kata Lukman.

Mengenai cuaca yang terus berubah-ubah, Lukman menjelaskan, untuk puncak ibadah haji di Armina (Arafah, Muzdalifah, dan Mina) nanti, pihaknya telah melakukan antisipasi. Dia mengatakan, pihaknya telah menyiapkan tenda berpendingin. Sebab, diprediksi saat wukuf suhu udara di Makkah mencapai 50 derajat Celsius.

Selain itu, demi melancarkan wukuf, pihaknya sudah menambah pasokan air jauh lebih banyak daripada tahun lalu untuk mengantisipasi jamaah mengalami dehidrasi. ”Karpetnya pun kami gunakan yang dingin, bagus, tidak sobek dan jelek,” kata dia.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan