[tie_list type=”minus”]Peningkatan Hingga 52 Persen[/tie_list]
SURABAYA – Tren angka kekerasan terhadap anak diprediksi terus meningkat. Bukan hanya kekerasan fisik, melainkan juga kekerasan seksual. Lokasinya tidak hanya berada di lingkungan pergaulan. Di lingkungan pendidikan dan internal keluarga pun, kekerasan berpotensi terjadi.
Berdasar data yang dihimpun Hotline Pendidikan melalui telepon, kasus kekerasan seksual terhadap anak di Jawa Timur (Jatim) pada 2013 mencapai 30 kasus. Pada 2014, kasusnya bertambah menjadi 47. ”Peningkatannya mencapai 52 persen,” ujar Ketua Hotline Pendidikan Isa Ansori.
Jumlah kekerasan atau pelecehan seksual terhadap anak lebih tinggi berdasar data dari media massa. Selama kurun waktu 2013, ditemukan 176 kasus. Jumlah itu bertambah pada 2014 menjadi 189 kasus. Data tersebut, lanjut dia, diprediksi terus meningkat.
Tahun ini, mulai Januari hingga Agustus, terdeteksi 290 kasus kekerasan terhadap anak. Sebagian besar merupakan kekerasan seksual. ”Trennya naik. Agustus ini saja di Jatim terdeteksi ada enam kasus,” kata Isa.
Dia yakin masih banyak kasus kekerasan atau pelecehan seksual yang tidak terdeteksi. Sebab, banyak korban pelecehan, terutama di sekolah, yang tidak mau melaporkan kejadian yang menimpa mereka. Alasannya, korban akan dibenci dan di-bully. ”Perlakuan berbau kekerasan seksual 40 persen terjadi di sekolah,” ujar Isa tegas.
Menurut dia, sekolah yang diharapkan mampu menjadi rumah kedua bagi anak-anak belum bisa memberikan rasa nyaman. Untuk mengatasi problem tersebut, pemerintah dituntut berperan aktif mencegah terjadinya kekerasan terhadap anak. Bukan hanya kekerasan seksual, melainkan juga kekerasan dalam bentuk lain.
Misalnya, kekerasan fisik berupa pemukulan maupun penganiayaan, bullying, anak telantar, sampai anak berhadapan dengan hukum. Termasuk kasus penelantaran pendidikan hingga kekerasan anak yang berakibat pada kehamilan yang tidak diinginkan.
Isa menambahkan, berdasar daerah tempat kejadian kekerasan terhadap anak, Surabaya menduduki peringkat tertinggi. Ada 153 kasus kekerasan yang ditemui. Angka itu lebih tinggi jika dibandingkan dengan daerah lain. Misalnya, Mojokerto 36 kasus, Gresik 31 kasus, dan Jombang 22 kasus.