Anna pun akhirnya memilih belajar akupunktur, potong rambut, jadi tukang pijat, hingga pembuat kue. Semua keahlian itu dia pelajari melalui berbagai kursus. ”Semua keahlian itu penting untuk tugas intelijen,” tuturnya.
Benar saja. Keahlian sebagai tukang pijat, misalnya, turut membantunya mengungkap kasus penyelundupan di sebuah daerah. Selama pengungkapan itu, dia tinggal di kawasan asrama polisi dengan status menyamar sebagai tukang pijat.
Dua minggu di sana, hanya rekannya, seorang polisi, yang tahu identitas dia sebenarnya. Selama dua minggu itu pula, dia melayani panggilan pijat para istri polisi, termasuk istri rekannya yang tahu soal identitasnya tadi.
Nah, suatu ketika Anna datang lagi ke kota tersebut dengan identitas aslinya sebagai intel. Dia pun kerap pergi hingga larut malam dengan teman polisinya tadi. ”Karena istrinya tahunya saya tukang urut, berantemlah mereka berhari-hari,” kenangnya sembari terkekeh. Namun, perempuan yang sempat dipersiapkan untuk diterjunkan dalam peristiwa konfrontasi dengan Malaysia itu bersyukur si teman tadi bisa meyakinkan istrinya.
Anna mengaku benar-benar menikmati tugasnya sebagai intel. Kendati demikian, kata Anna, memilih model penyamaran tidak bisa dilakukan sembarangan. Diperlukan analisis dan pemahaman yang matang terkait situasi yang akan dihadapinya di lapangan. Menurut dia, menjadi intel sangatlah mengasyikkan. Setiap waktu dia bisa bergaul dengan banyak lapisan masyarakat. Mendekati dan menaklukkan orang agar mau memberikan informasi menjadi tantangan yang luar biasa untuknya. ”Sampai-sampai saya suka bikin kue untuk orang tanpa ada alasan,” ujarnya.
Sebab, Anna meyakini bahwa hal-hal kecil seperti itulah yang membuatnya sukses menjadi intel. ”Atasan minta selesai dua minggu, empat hari saya kelarin,” ucapnya dengan nada membanggakan diri.
Kesibukan sebagai intel tersebut juga tak mengurangi perannya sebagai ibu dan istri. Aries menyebut ibundanya sebagai sosok yang istimewa. Sebab, dia bisa membagi waktu dengan sangat baik antara pekerjaan dan tugas di rumah. ”Dia sangat penuh perhatian kepada kami, anak-anaknya,” kata Aries.
Namun sayang, pengabdian Anna sebagai polwan harus diakhiri dua tahun lebih cepat. Penyakit di rahimnya telah memaksanya banyak berurusan dengan dokter. Pada 1992 dia harus menjalani operasi. ”Karena merasa sudah tidak mampu, saya putuskan pensiun lebih cepat,” imbuh perempuan dengan pangkat terakhir letnan kolonel tersebut.