Tidak ada kegembiraan di wajah Sinisa Mihajlovic dalam konferensi pers selepas laga kedua Serie A antara AC Milan dan Empoli di San Siro dini hari kemarin (30/8). Padahal, timnya baru saja meraih kemenangan perdana setelah membekap tamunya dengan skor 2-1.
Gol-gol yang dicetak oleh dua rekrutan baru Carlos Bacca (16”) dan Luiz Adriano (69”) memang menjadi hasil positif setelah pada giornata perdana mereka dibekap oleh Fiorentina 0-2. Namun, nyatanya malah pelatih yang akrab disapa Miha itu malah mengatakan hal yang mengejutkan.
’’Kami tidak layak untuk menang,” ujarnya dalam konferensi pers seperti dilansir Football Italia. ’’Aku merasa aku kalah. Jadi, tidak ada yang membuatku senang. Mungkin satu-satunya hal itu adalah hasil,” imbuh Miha kembali.
Jika menilik dari apa yang terjadi, maka keluhan utama allenatore asal Serbia itu terletak pada koordinasi antar lini yang dianggap masih berantakan. Acuannya sudah jelas; gol balasan Empoli yang dicetak oleh Riccardo Saponara pada menit 20.
Gol itu tentu saja tidak akan lahir jika amunisi anyar Rossoneri lainnya, Andrea Bertolacci, tidak melakukan backpass blunder yang berujung bola diserobot oleh Massimo Maccarone dan kemudian memberikan backheel pass kepada Saponara yang tidak terjaga.
Imbas lain yang dirasakan oleh Nigel de Jong yang masih dirasakan pasca Saponara mencetak gol penyeimbang itu, menurut Miha, adalah pertahanan mereka yang menjadi sangat berantakan.
Rapuhnya Milan membuat Empoli leluasa dalam melakukan tembakan ke gawang Diego Lopez. Statistik menunjukkan bahwa tim tamu membukukan 18 tembakan. Hampir tiga kali lipat daripada yang dilakukan oleh Il Diavolo, julukan lain Milan.
Lebih lanjut, pemain yang semasa bermain dikenal sebagai ikon Lazio dan Sampdoria itu mengatakan bahwa dirinya tidak mengerti dengan ketakutan yang membekap dalam hati setiap anak asuhnya. Padahal, mereka di kandang sendiri.
’’Aku harus memastikan setiap pemain menghilangkan ketakutannya dan menemukan kesenangan dalam bermain sepakbola. Jelas ada sesuatu yang salah di kepala mereka. Berarti, tugasku adalah bagaimana membenahi sisi psikologis mereka,” tambah pelatih 46 tahun tersebut.