Apel Pagi, Sore, dan Malam Jadi Bagian Pengamanan

Para peserta juga wajib menjalani sidang TPP (tim pengamat pemasyarakatan). Yaitu wawancara personal dengan para petinggi dan petugas keamanan dari lapas masing-masing. Kualifikasi untuk peserta penegak berusia 16-20 tahun, sedangkan peserta pandega 21-25 tahun.

”Jika ada yang melarikan diri, bisa dipastikan tidak akan mendapatkan remisi dan dokumen disiplin dari lapas,” ucap Ketua Panitia Basmanizar.

Itulah salah satu tantangan terbesar kegiatan di Cibubur tersebut: keamanan. Meskipun para peserta sudah diseleksi ketat, potensi risiko selalu ada. Untuk itu, panitia bekerja sama dengan polres, polsek, dan polda.

Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan DKI Jakarta juga menurunkan 64 personel untuk turut mengawasi kegiatan tersebut. ”Polisi yang berjaga pakai baju kayak orang biasa dan ada di titik-titik terluar dari kemah,” kata Basmanizar sambil tertawa.

Sterilisasi wilayah setempat pun dilakukan sejak Senin (24/8). Tak sebatas itu, gugus depan pun memiliki pengamanan masing-masing. ”Dua petugas keamanan dari panitia dan dua pembina,” ucapnya.

Pembina seperti Luthfi Ari Bimoko menambah skema pengamanan tersebut. Misalnya dengan melarang ke-16 anggota Pramuka binaannya membawa baju bebas. Mereka wajib menggunakan baju pembinaan.

Setiap bepergian pun harus melalui izin pembina dan pengawalan tetap dilakukan. Pengamanan juga dilakukan dengan mengadakan apel dalam setiap gudep pada pagi, sore, dan malam. ”Lewat apel bisa dilakukan pengecekan jumlah anggota,” kata Luthfi yang sudah 2,5 tahun menjadi pembina Pramuka di Lapas Pemuda II-A Tangerang.

Tentu saja semua bentuk antisipasi pengamanan itu dilakukan sedemikian rupa agar tidak sampai menghilangkan unsur kegembiraan dalam perkemahan. Bagaimanapun, ini bagian dari proses asimilasi untuk menjadi warga sipil lagi. Memperlakukan mereka seperti saat di penjara jelas tidak akan membantu terwujudnya tujuan kegiatan.

Apalagi, bagi Subur dkk, misalnya, selama ini latihan Pramuka menjadi waktu yang paling ditunggu dalam setiap minggu. Sebab, kegiatan itu mengajarkan banyak hal yang bagi mereka sangat menyenangkan. Mulai tali-temali, berkemah, sampai memasak.

Mereka pun jadi bisa sejenak melupakan kesumpekan hidup di balik terali besi. Satu sama lain sesama anggota yang aktif dalam latihan juga menjadi semakin dekat. Bersama-sama mereka saling menguatkan dan menyemangati. ”Insya Allah, apa yang kami peroleh di Pramuka bisa ditularkan nantinya,” tutur Subur yang bercita-cita menjadi ustad.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan