[tie_list type=”minus”]Di Tengah Ekonomi Nasional Lesu[/tie_list]
JAKARTA — Angka permintaan rumah tinggal untuk segmen menengah ke bawah tak pernah jenuh. Walau kondisi ekonomi agak lesu, jumlah orang membeli rumah tetap meningkat. Jangan heran setiap tahun muncul pendatang baru di sektor properti.
Data dari Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Real Estate Indonesia (REI) menunjukkan permintaan rumah di segmen rumah murah sampai semester I 2015 melonjak hampir 50 persen dibanding periode sama tahun lalu. Ketua DPD REI Sulut William Tanos mengatakan, tingginya permintaan terhadap segmen rumah menengah ke bawah ini adalah dampak kondisi perekonomian global.
”Juga makin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap rumah layak huni dan situasi ekonomi saat ini menyebabkan masyarakat lebih memilih rumah tipe minimalis,” sebut Tanos.
Terkait subsidi pemerintah untuk program bangunan rumah layak huni fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP), kata pria pemilik beberapa developer ini, ada 20-an developer di Sulut hanya bisa membangun 2.900 rumah tipe FLPP.
”Tahun ini akan digenjot menjadi 4.500 rumah menengah ke bawah (tipe 3/6). Para pengembang juga naik menjadi 35,” sebut Tanos.
Dia menambahkan, supaya target yang diberikan ke REI bisa terealisasi maka proses perizinan seharusnya ikut dipermudah. Saat developer ready, tapi terhambat di perizinan. Selain itu, tak kalah penting adalah kepercayaan perbankan untuk mengalokasikan fasilitas pembiayaan untuk sektor informal.
”Karena niat pemerintah pusat menggenjot sejuta rumah adalah kelompok masyarakat berpenghasilan rendah, pedagang pasar, loper koran, maupun sektor informal lainnya,” pungkas Tanos.
Deputy Branch Manager (DBM) Business BTN Manado Erwin Kindingallo menerangkan, unit pembiayaan perumahan BTN ditargetkan 80 persennya adalah tipe FLPP. ”Sedangkan komersil berjumlah 20 persen,” imbuhnya. (jpnn/fik)
Rumah Murah Tetap Laris
- Baca artikel Jabarekspres.com lainnya di Google News