Insiden dua kali ban pecah sepanjang pergelaran GP Belgia akhir pekan lalu masih menyisakan tanda tanya besar. Pirelli punya kesimpulan sendiri, pun para pebalap dan juga tim. Ancaman bahaya tetap mengintai pebalap lantaran seri berikutnya akan berlangsung di Monza- sirkuit tercepat sepanjang kalender balap 2015.
Protes pebalap Ferrari Sebastian Vettel yang menuding konstruksi ban Pirelli lemah dan rentan sebenarnya sudah pernah dilontarkannya di GP Silverstone 2013. Waktu itu produsen ban asal Italia tidak bisa berkelit dan akhirnya mengubah struktur penyusun bannya dari baja menjadi kevlar.
Setelah itu sudah tidak ada lagi komplain soal konstruksi ban. Sampai Jumat pekan lalu bintang Mercedes Nico Rosberg mengalami insiden mengejutkan di tikungan Blanchimont saat latihan bebas hari pertama. Tiba-tiba ban belakang bagian kanannya meledak saat mobilnya melaju dengan kecepatan lebih dari 290 kilometer per jam. Mobilnya terseret cukup jauh hingga keluar trek. Beruntung tidak sampai menghajar dinding pembatas.
Insiden yang sama berulang dua hari kemudian. Saat itu suasana yang melingkupi berkali lipat lebih tegang jika dibandingkan dengan waktu latihan. Peristiwanya berlangsung saat balapan dan hanya menyisakan satu lap lagi. Lebih parah, Vettel mengalami kecelakaan tersebut saat akan meraih podium ketiga. Harapan itu ikut pecah seiring meletusnya ban kanan belakang SF15-T miliknya.
Kembali ke 2013, setelah insiden di GP Silverstone Pirelli telah mengusulkan adanya aturan pembatasan lap maksimal dimana seorang pebalap boleh menggunakan satu set ban. November 2013 Pirelli meminta batas maksimalnya adalah 50 persen dari seluruh lap balapan untuk ban utama dan 30 persen ban opsional.
’’Jadi jika aturan ini berlaku di Spa, pembatasan maksimal untuk ban medium (yang dipakai Vettel) adalah 22 lap,’’ terang Direktur Motorsport Pirelli Paul Hembery. Saat terjadi insiden tersebut Vettel sudah melahap 27 lap dengan ban medium dan rencananya akan menggunakannya sampai 29 lap.
Namun FIA menolak usulan tersebut dua tahun silam. Alasannya tentu karena akan terkait erat dengan strategi balap. Selain itu gaya membalap yang beragam akan selalu berdampak pada manajemen ban.