Ahmad Heryawan, Deddy Mizwar hingga Ridwan Kamil Senang Balap Kerupuk

Setiap orang pasti mengalami cerita berkesan dalam menghadapi momen istimewa peringatan 17 Agustus. Tak terkecuali Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan.

Dirinya mengaku dulu ketika masih anak-anak selalu turut andil pada setiap lomba kegiatan 17-an yang diadakan masyarakat.

”Ya ikutlah bahkan saya dulu waktu kecil sering ikut berbagai lomba dan paling seneng lomba balap makan krupuk,”ucap Heryawan sambil dibarengi gelak tawa.

Dirinya merasa heran kenapa lomba balap krupuk ini selalu ada di setiap acara 17-an. Kenapa tidak lomba makan makanan lainnya.

”Ya kalau dilihat dari filosofinya mungkin krupuk adalah makanan rakyat dari zaman dulu sampai sekarang selalu digemari dari berbagai kalangan,” ucap dia

Dirinya mengikuti lomba khas 17-an ini ketika menginjak usia SD, SMP dan SMA. Bahkan ketika masih menjadi anggota DPRD dirinya masih ikut bersama masyarakat.

”Dulu itu saya bersama keluarga selalu ikut dengan melibatkan semua keluarga pada berbagai lomba khas 17-an dan itu seru banget lah pokoknya karena anak-anak saya juga berhasil menang pada lomba-lomba itu,” paparnya.

Ketika ditanya kenapa lomba-lomba khas 17-an itu selalu ada sampai sekarang dirinya berpendapat, lomba khas 17-an itu adalah semangat dari bentuk kebersamaan dan gotong royong masyrakat terlebih dengan adanya lomba masyrakat kan bisa bersilahturahmi dan bersama dalam keceriaan.

”Nah di lingkuan Gedung Pakuan itu sangat rame dan warga selalu meminta sumbangan berupa proposal kepada gubernurnya,” cetus dia sembari tersenyum.

Dia berpendapat, tindakan masyarakat di sekitar Gedung Pakuan ini masih terbilang wajar. Sebab mereka menganggap Gubernur adalah tetangganya. ”Ya jadi mungkin buat apa punya tetangga gubernur kalau tidak bisa meminta sumbangan,” selorohnya.

Selain itu yang berkesan lainnya adalah pada momen 17 Agustus saat mendengarkan atau membacakan teks proklamasi. ”Saya sangat terkesan setiap peringatan 17 Agustus ini selalu membangkitkan emosi dan perasaan dan semangat,” kata dia

Dirinya mengaku pada pembacaan teks proklamasi selalau merinding dan membayangkan waktu itu Bung Karno dan Hatta membacakannya pada jam yang sama. ”Saya jujur merinding karena membangkitkan rasa emosional dan nasionalisme mungkin ya,” tutup dia sambil berlalu.

Tinggalkan Balasan