Nita juga merumuskan banyak tool yang diturunkan dari teori, menggunakan case study, untuk mempermudah mahasiswa memahami materi. Dia juga kerap berdiskusi dengan Tony Simmonds, pakar project management dan manajamen risiko asal Australia yang kini menjadi suaminya.
Meski program yang dirintisnya yang dimaksudkan untuk turut menciptakan perubahan di tanah air telah berjalan jauh, Nita belum puas. Setiap tahun CECT sebagai pengelola MM-CSR mengadakan survei untuk mengevaluasi manfaat dan dampak pendidikan terhadap karir mahasiswa serta perusahaan.
”Perubahan utama yang dirasakan mahasiswa adalah system thinking yang selanjutnya mereka bawa ke perusahaan. Yang tadinya perusahaan belum punya kebijakan CSR akhirnya jadi punya standard operating procedure (SOP) untuk CSR. Yang awalnya sudah ada tapi belum menyeluruh, perlahan membaik,” urainya.
Tidak sedikit pula mahasiswa yang meminta CECT memberikan pelatihan kepada jajaran direksi perusahaannya. Bahkan, ada satu perusahaan tambang yang meminta pelatihan untuk seluruh karyawan, mulai staf sampai level manajerial. Ada pula yang diberi pendampingan, dibuatkan desain dan manual CSR, hingga evaluasi keberhasilan praktik CSR.
Selain itu, empat tahun setelah MM-CSR, pada 2012, Nita membuka pula program MM community entrepreneurship (CE). Ke depan dia dan tim terus membuat riset dan pengembangan karena ruang lingkup CSR begitu dinamis dan harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. (*/c10/ttg/rie)