’’Saya tidak apa-apa dibilang arogan. Kalau kita bicara aturan itu tidak ada nego. Ini kan masalahnya ketidakpuasan,’’ terang dia.
Terkait uang kesejahteraan guru yang menyusut, Isnaeni menegaskan bahwa dana tersebut bukanlah dana untuk honor atau kesejahteraan guru PNS. ’’Kalaupun ada dibayarkan, itu berbasis kinerja bukan tupoksi guru PNS. Seperti ngajar dan membuat program belajar. Kalau itu kan sudah tupoksinya, ada gajinya,’’ ujar dia.
Sementara itu, Kabid Pendidikan Sekolah Menengah Atas dan Kejuruan (PSMAK) Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bandung, Rita Hardyani mengatakan, polemik yang terjadi di SMAN 10 diakuinya telah terjadi lama. Disdik pun sudah melakukan pendekatan-pendekatan maupun pembinaan kepada kedua pihak. Para guru, lanjut Rita, datang ke kantor disdik untuk melaporkan sikap kepsek. Disdik pun berusaha mengklarifikasi dengan mendatangi Kepsek SMAN 10 Bandung.
’’Sudah kita lakukan berkali-kali, tapi gurunya nggak puas aja, banyak tersinggung kayaknya. Tapi kelihatanya tidak ada perubahan dari kedua belah pihak. Artinya memang pihak guru tidak menerima dari sejak awal,’’ jelas dia.
Selain itu, lanjut Rita, adanya perbedaan usia dari kedua belah pihak dimana kepala sekolah cenderung lebih muda menjadi indikasi kurang harmonisnya komunikasi. ’’Ya ada unsur arogansi dari pemahaman guru, tapi mungkin dari kepala sekolah ia mau tegas,’’ ujar dia.
Untuk itu, pihaknya berencana akan membuat klausul yang ditujukan kepada Wali Kota Bandung melalui Badan Kepegawaian Daerah (BKD). Hal ini agar Isnaeni Zakiah tidak lagi memimpin di SMAN 10. ’’Nanti keputusannya apakah dirotasi atau apa melalui pleno. Sebab, keputusannya tidak hanya dari disdik, butuh pandangan lain,’’ kata dia. (fie/tam)
[box type=”shadow” align=”” class=”” width=””]
Delapan Tuntutan Guru SMAN 10 Bandung:
1. Arogan. Selalu memojokkan dan menyalahkan guru.
2. Selalu memberi penilaian kerja berdasarkanlike/dislike.
3. Tidak pernah melaporkan keterlaksanaan program kerja dan keuangan kepada dewan guru.
4. Penurunan nilai Unas 2015.
5. Penurunan jumlah siswa yang diterima SNMPTN.
6. Laboratorium bahasa malah dijadikan gudang kebersihan.
7. Fasilitas penunjang sekolah dibiarkan rusak dan hilang.
8. Dugaan diskriminasi fasilitas siswa saat study tour ke Jogjakarta.